Berkah di Balik Kemacetan Bocimi: Kisah Maksum, Pedagang Kopi Asongan Raup Rezeki Nomplok

Kemacetan Bocimi: Peluang Usaha bagi Pedagang Kopi Asongan

Kemacetan panjang yang kerap terjadi di sekitar Gerbang Tol (GT) Parungkuda, ruas Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), menjadi momok bagi para pengguna jalan. Namun, di balik keluhan dan rasa frustrasi para pengendara, terselip kisah inspiratif dari seorang pedagang kopi asongan bernama Maksum (56). Pria paruh baya ini justru melihat kemacetan sebagai peluang untuk meningkatkan pendapatan.

Setiap hari, Maksum menyusuri sela-sela kendaraan yang mengular di sekitar GT Parungkuda, menjajakan kopi panas kepada para pemudik dan wisatawan yang terjebak kemacetan. Dengan bermodalkan termos, gelas plastik, dan tas yang berisi aneka kopi instan, Maksum tak kenal lelah menawarkan dagangannya. Harga yang ia patok pun sangat terjangkau, hanya Rp 5.000 per gelas.

"Alhamdulillah ada peningkatan, bisa Rp 200.000 per hari, itu dari pagi sampai sore," ujar Maksum saat ditemui di tengah kesibukannya, Rabu (2/4/2025). Ia mengaku, pada hari-hari biasa, pendapatannya hanya berkisar Rp 50.000. Kemacetan di Bocimi, baginya, adalah kesempatan emas untuk mendulang rezeki.

Keluhan Pengendara dan Berkah bagi Maksum

Ironisnya, di saat Maksum merasakan berkah dari kemacetan, para pengguna jalan justru mengeluhkan kondisi tersebut. Asnawi, seorang warga Depok yang hendak pulang kampung ke Sukabumi, mengaku terjebak macet selama hampir dua jam hanya untuk menempuh jarak 800 meter dari GT Parungkuda menuju jalan utama Bogor-Sukabumi. Ia menyesalkan keputusannya menggunakan Tol Bocimi, yang seharusnya memangkas waktu tempuh, namun justru membuatnya frustrasi.

"Niat pake tol untuk mempercepat, tapi ini bukan mempercepat, hampir 2 jam macet. Kalau tahu macet, mending lewat jalan biasa," keluh Asnawi.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh Lulu, seorang pengendara lain yang terjebak di titik yang sama. Ia mengaku sudah berada di sekitar exit tol sejak pukul 14.00 WIB, namun hingga pukul 16.00 WIB belum juga berhasil mencapai jalan utama.

Di tengah hiruk pikuk keluhan dan rasa frustrasi para pengendara, Maksum tetap tegar menjajakan kopi dagangannya. Baginya, setiap tetes keringat yang ia keluarkan adalah bentuk ikhtiar untuk mencari nafkah bagi keluarga. Penghasilan yang ia peroleh dari berjualan kopi di tengah kemacetan, ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anaknya.

Kisah Inspiratif di Balik Kemacetan

Kisah Maksum adalah cerminan dari semangat pantang menyerah dan kemampuan untuk melihat peluang di tengah kesulitan. Ia membuktikan bahwa di balik setiap masalah, selalu ada kesempatan bagi mereka yang mau berusaha dan bekerja keras. Kemacetan Bocimi, yang menjadi momok bagi banyak orang, justru menjadi berkah tersendiri bagi Maksum, pedagang kopi asongan yang gigih mencari rezeki.

Maksum memulai aktivitasnya sejak pukul 08.00 WIB dan akan terus berjualan hingga malam tiba. Setelah itu, ia akan berjalan kaki kembali ke rumahnya di Kecamatan Parungkuda, sambil terus menawarkan kopi kepada para pengendara yang melintas.

Kisah Maksum ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dan untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Di tengah kesulitan ekonomi dan persaingan yang semakin ketat, semangat dan kegigihan Maksum patut dijadikan contoh dan inspirasi bagi kita semua.