Pengorbanan Lebaran: Kisah Petugas Kebersihan KAI yang Mudik Lebih Awal Demi Tugas Negara

Lebaran, momen yang identik dengan kebersamaan keluarga, tidak berlaku bagi semua orang. Di balik kelancaran arus mudik dan kenyamanan para penumpang kereta api, terdapat para pekerja yang rela mengorbankan waktu berkumpul bersama keluarga demi menjalankan tugas negara. Salah satunya adalah Faisal, seorang petugas kebersihan (cleaner) di PT Kereta Api Indonesia (KAI), yang bertugas di Stasiun Manggarai, Jakarta.

Faisal, seperti halnya banyak pekerja di sektor pelayanan publik, tidak bisa menikmati libur Lebaran sepenuhnya. Sistem kerja yang mengharuskannya bekerja enam hari dalam seminggu membuatnya harus pandai mengatur waktu agar tetap bisa bersilaturahmi dengan keluarga. Untuk menyiasati hal ini, Faisal memilih untuk mudik lebih awal, memanfaatkan hari liburnya sebelum hari raya tiba.

"Kemarin libur juga kan, libur Jumat tuh, sebelum hari Senin, mudik dulu," ujar Faisal, menjelaskan keputusannya untuk mendahului arus mudik. Ia bahkan mendapat jadwal shift pagi di hari pertama Lebaran, sebuah konsekuensi yang harus diterimanya sebagai seorang petugas kebersihan.

Meski demikian, semangat Lebaran tetap membara dalam diri Faisal. Ia berencana untuk kembali pulang ke kampung halamannya pada hari Jumat, saat ia mendapatkan libur kerja. Jarak antara tempat kerja dan kampung halamannya tidak menjadi penghalang baginya untuk tetap merayakan hari kemenangan bersama keluarga.

Pengorbanan Faisal ini ternyata juga dialami oleh anggota keluarganya yang lain. Kakaknya, yang bekerja di sebuah toko roti, juga harus bekerja di hari Lebaran. Situasi ini membuat mereka terbiasa dengan hubungan jarak jauh, sebuah realita yang harus diterima dan dijalani.

"Keluarga juga biasa, soalnya kakak saya juga kerjanya kan dia di bakery ya. Masuk juga Lebaran, jadi ya jadi wajar aja," ungkap Faisal.

Merayakan Lebaran jauh dari keluarga bukanlah pengalaman baru bagi Faisal. Sudah dua tahun ia menjalani situasi serupa, yang membuatnya lebih tegar dan menerima keadaan. Meski awalnya merasa sedih, terutama saat pertama kali bertugas di Stasiun Cikini dua tahun lalu, Faisal kini mampu mengelola perasaannya dengan lebih baik.

"Yang sedih awal-awal doang sih, jauh dari keluarga," kenangnya.

Namun, ada satu hal yang membuat Faisal tetap bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Ia dan rekan-rekannya masih diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri di masjid terdekat sebelum memulai pekerjaan.

"Kalau Lebaran kita boleh Shalat Ied dulu dan nanti habis Shalat Ied baru kita masuk lagi gitu," jelasnya.

Pada akhirnya, Faisal hanya bisa menerima dan menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin. Ia tetap bersyukur atas pekerjaan yang dimilikinya, meskipun harus mengorbankan waktu berkumpul bersama keluarga di hari Lebaran.

"Alhamdulillah-nya saya pas Lebaran kebagiannya masuk pagi terus. Tapi enggak apa-apa sih, karena udah biasa juga gitu," pungkas Faisal, dengan nada syukur.

Kisah Faisal adalah representasi dari ribuan pekerja di sektor pelayanan publik yang rela berkorban demi kelancaran dan kenyamanan masyarakat di hari raya. Pengorbanan mereka patut diapresiasi dan dihargai, karena tanpa mereka, suasana Lebaran tidak akan terasa lengkap.