Jembatan Noyo Ambruk: Akses Tiga Kabupaten di Nias Barat Terputus, Logistik Terhambat

Jembatan Noyo Ambruk: Akses Tiga Kabupaten di Nias Barat Terputus, Logistik Terhambat

Bencana alam kembali menguji ketangguhan masyarakat Nias Barat, Sumatera Utara. Runtuhnya Jembatan Noyo di Desa Tawuna, Kecamatan Mandrehe, pada Rabu (5/3/2025) pukul 09.40 WIB, akibat meluapnya Sungai Noyo pasca hujan deras sejak pukul 04.30 WIB, telah memutus akses vital tiga wilayah: Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli. Kejadian ini menyebabkan terhambatnya distribusi barang dan jasa, serta menimbulkan kendala serius di sektor pendidikan dan kesehatan.

Bupati Nias Barat, Ellyunus Waruwu, menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut. Beliau menegaskan bahwa Jembatan Noyo merupakan akses utama penghubung ketiga wilayah tersebut. Kerusakan jembatan sepanjang 90 meter, dengan 60 meter bagian tengahnya ambruk akibat hantaman deras arus banjir, telah menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian dan mobilitas masyarakat. "Putusnya jembatan ini mengakibatkan gangguan yang sangat berarti, terutama dalam hal pengangkutan bahan kebutuhan pokok, akses pendidikan, dan pelayanan kesehatan," ujar Bupati Waruwu dalam keterangan telepon selulernya pada Rabu malam.

Meskipun terdapat jalur alternatif, jarak tempuh yang jauh, yakni 22 km (45 menit) untuk kendaraan roda dua melalui rute Simpang Doli-Doli - Desa Hilimayo - Kecamatan Botomuzoi - Simpang Botombawo, dan 43 km (2,5 jam) untuk kendaraan roda empat melalui rute Simpang Lahomi - Kecamatan Lolowau (Kabupaten Nias Selatan) - Desa Duria (Kecamatan Lolofitu Moi, Nias Barat), menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat. Hal ini tentu saja memperlambat pendistribusian barang-barang penting dan menghambat akses masyarakat terhadap layanan publik.

Tim gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nias Barat saat ini berada di lokasi kejadian untuk melakukan asesmen dan mencari solusi sementara. Pemerintah Kabupaten Nias Barat berencana untuk berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara guna membangun jembatan darurat sebagai solusi jangka pendek, sembari menunggu pembangunan jembatan permanen. "Saat ini masih dalam tahap asesmen oleh tim teknis pemerintah daerah. Pembangunan jembatan darurat sangat mendesak agar akses masyarakat dapat segera dipulihkan," tegas Bupati Waruwu.

Sementara itu, Aipda Motivasi Gea dari Kasi Humas Polres Nias menjelaskan bahwa pihak kepolisian telah memasang police line dan memberikan tanda peringatan di sekitar lokasi jembatan yang runtuh untuk mencegah kecelakaan. Koordinasi dengan instansi terkait juga telah dilakukan untuk penanganan lebih lanjut. Hujan deras dan meluapnya Sungai Noyo yang mengakibatkan robohnya jembatan menjadi fokus penyelidikan lebih lanjut. Kerusakan infrastruktur ini diprediksi akan berdampak panjang terhadap perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat Nias Barat, sehingga langkah-langkah cepat dan terpadu sangat dibutuhkan.

Berikut ringkasan jalur alternatif:

  • Kendaraan Roda Dua: Simpang Doli-Doli – Desa Hilimayo – Kecamatan Botomuzoi – Simpang Botombawo (22 km, 45 menit)
  • Kendaraan Roda Empat: Simpang Lahomi – Kecamatan Lolowau (Kabupaten Nias Selatan) – Desa Duria (Kecamatan Lolofitu Moi, Nias Barat) (43 km, 2,5 jam)

Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya antisipasi terhadap bencana alam dan perlunya peningkatan infrastruktur yang tahan bencana di wilayah rawan bencana seperti Nias Barat.