Remaja Inggris Taklukkan Treadmill 24 Jam Demi Amal: Pengorbanan dan Konsekuensi Fisik
Ambisi Menguji Batas: Pemuda Lari Maraton di Tempat untuk Donasi
Joe Pritchard, seorang pemuda berusia 23 tahun asal Worcester, Inggris, baru-baru ini menarik perhatian publik dengan aksi ekstremnya: berlari di atas treadmill selama 24 jam tanpa henti. Aksi ini bukan sekadar unjuk kekuatan fisik, melainkan sebuah upaya penggalangan dana untuk badan amal yang fokus pada penyakit neuron motorik.
Dalam aksinya, Pritchard berhasil menempuh jarak yang mencengangkan, mencapai 167 kilometer. Jarak ini setara dengan perjalanan dari London ke Calais, Prancis, yang ditempuh hanya dalam waktu satu hari. Ia melakukannya di sebuah pub lokal, sebuah lokasi yang tidak lazim untuk sebuah tantangan fisik seberat ini.
Semangat Amal Melampaui Batas Fisik
Motivasi utama Pritchard adalah mengumpulkan dana untuk penelitian dan penanganan penyakit neuron motorik. Penyakit ini menyerang sel-sel saraf yang mengendalikan gerakan otot, menyebabkan kelemahan, kelumpuhan, dan kesulitan berbicara, menelan, dan bernapas. Dengan berlari selama 24 jam, ia berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini dan mengumpulkan dana yang signifikan untuk membantu para penderita.
Konsekuensi Fisik yang Mengkhawatirkan
Walaupun berhasil mengumpulkan sekitar 71 juta rupiah, aksi heroik Pritchard tidak datang tanpa pengorbanan. Dampak fisik yang ia alami setelah menyelesaikan tantangan tersebut sangat mengkhawatirkan. Setelah menyelesaikan tantangan lari tersebut, kondisi fisik Joe sangat mengkhawatirkan, ia terlihat sangat lemas dan pucat. Bahkan, ia harus digotong ke dalam mobil karena tidak mampu berjalan sendiri.
Selama 24 jam berlari tanpa henti, Pritchard hanya berhenti untuk pergi ke toilet, selebihnya ia terus memacu dirinya di atas treadmill. Setelah menyelesaikan aksinya, Pritchard kehilangan kesadaran. Setelah sadar, ia menceritakan pengalamannya selama tantangan tersebut. Awalnya, ia merasa baik-baik saja, hanya sedikit nyeri di paha bagian dalam.
Beberapa saat kemudian, kondisinya memburuk. Penglihatannya mulai kabur dan ia pingsan. Di rumah, setelah beristirahat selama satu jam, ia mencoba bangun, namun kembali pingsan.
"Ayah dan saudara laki-laki saya menggendong saya. Saat itu, saya langsung merasa sangat pusing dan sedikit mual," ujarnya.
Masa Pemulihan yang Panjang
Masa pemulihan Pritchard tidaklah mudah. Ia mengalami pingsan berulang dan penglihatan kabur. Setelah empat hari istirahat total, ia masih merasakan nyeri pada lututnya. Sebuah video yang merekam aksinya menunjukkan ia mengalami mimisan pada jam ke-11 dan mulai terlihat pucat pada jam ke-16.
Risiko Olahraga Ekstrem
Aksi Pritchard mengundang perdebatan tentang risiko olahraga ekstrem. Meskipun semangatnya patut diacungi jempol, banyak yang menyoroti bahaya memaksakan diri di luar batas kemampuan fisik. Olahraga ekstrem dapat menyebabkan cedera fisik serius akibat keausan otot dan persendian dalam waktu singkat.
Pelajaran Berharga
Kisah Joe Pritchard adalah pengingat bahwa semangat amal dan tekad yang kuat harus diimbangi dengan kesadaran akan batasan fisik. Penting untuk selalu memprioritaskan kesehatan dan keselamatan diri sendiri, bahkan ketika berupaya mencapai tujuan yang mulia. Pengorbanan yang dilakukan Pritchard memang luar biasa, namun konsekuensi yang ia alami menjadi pelajaran berharga bagi kita semua tentang pentingnya olahraga yang bertanggung jawab dan terukur.
Daftar Efek Negatif
Berikut adalah daftar efek negatif yang dialami Joe Pritchard setelah melakukan lari 24 jam di atas treadmill:
- Kelelahan Ekstrem
- Kulit Pucat
- Kehilangan Kesadaran
- Nyeri di Paha Bagian Dalam
- Penglihatan Kabur
- Mimisan
- Cedera Lutut
- Pusing dan Mual