Tayangan Premier League di Korea Utara: Sensor Ketat dan Absennya Bintang Korea Selatan

Tayangan Premier League di Korea Utara: Sensor Ketat dan Absennya Bintang Korea Selatan

Korea Utara, negara yang terkenal dengan kebijakan isolasinya, mengejutkan dunia dengan menayangkan siaran Premier League, liga sepak bola terpopuler di dunia. Namun, tayangan tersebut jauh dari siaran langsung dan tanpa sensor yang biasa dinikmati penggemar sepak bola internasional. Dilansir dari The Guardian, Korean Central Television (KCTV) mulai menayangkan cuplikan pertandingan Premier League sejak Januari 2024, namun dengan sejumlah pembatasan yang signifikan.

Siaran yang ditayangkan bukanlah siaran langsung. Durasi pertandingan seringkali dipersingkat, dari durasi normal 90 menit menjadi hanya sekitar 60 menit. Proses penyuntingan ini menunjukkan adanya penyensoran ketat yang dilakukan oleh pihak berwenang Korea Utara. Sumber siaran Premier League di Korea Utara masih belum diketahui, menimbulkan pertanyaan mengenai legalitas penayangan tersebut, khususnya mengingat absennya perusahaan penyiaran resmi yang memiliki hak siar di negara tersebut. Ketidakjelasan ini semakin menguatkan dugaan bahwa penayangan Premier League di Korea Utara merupakan pelanggaran hak cipta yang cukup besar.

Lebih lanjut, penyensoran tidak hanya terbatas pada durasi pertandingan. Nama klub diganti dengan versi terjemahan Korea, semua teks berbahasa Inggris dihilangkan, dan komentator pun menggunakan bahasa Korea. Iklan yang biasanya terpampang di pinggir lapangan juga sepenuhnya disensor, menghilangkan seluruh elemen komersial dari tayangan tersebut. Pembatasan ini menunjukkan upaya sistematis untuk mengontrol narasi dan informasi yang diterima oleh masyarakat Korea Utara.

Yang cukup mencolok adalah absennya beberapa tim dari tayangan Premier League di KCTV. Tiga klub besar, Tottenham Hotspur, Brentford, dan Wolverhampton Wanderers, tidak ditampilkan karena memiliki pemain asal Korea Selatan dalam skuad mereka: Son Heung-min (Tottenham), Kim Ji-soo (Brentford), dan Hwang Hee-chan (Wolves). Ketiadaan tim-tim ini menggarisbawahi sensitivitas politik dan upaya untuk membatasi pengaruh budaya Korea Selatan di dalam negeri.

Menariknya, penayangan Premier League bukanlah satu-satunya tayangan olahraga internasional yang ditampilkan di Korea Utara. KCTV juga diketahui menayangkan Piala Dunia 2022, Piala Asia Wanita 2023, dan Liga Champions, dengan kemungkinan besar semua tayangan tersebut juga mengalami proses penyensoran dan pembatasan yang sama ketat. Penayangan liga-liga sepak bola Eropa lainnya seperti Liga Italia, Liga Prancis, Liga Jerman, dan Liga Spanyol juga dilaporkan telah ditayangkan sejak tahun 2022, menandakan sebuah perubahan kecil namun signifikan dalam akses informasi olahraga internasional di Korea Utara.

Kesimpulannya, tayangan Premier League di Korea Utara merupakan fenomena yang unik dan menunjukkan upaya negara tersebut untuk menyeimbangkan keinginan masyarakat akan hiburan internasional dengan kontrol ketat atas informasi dan narasi yang beredar. Tingkat penyensoran yang ekstrem menunjukkan betapa terbatasnya akses informasi di Korea Utara dan bagaimana pemerintah berupaya membentuk persepsi masyarakat terhadap dunia luar.