Studi: Perubahan Iklim Ancam Ekonomi Global, Potensi Kerugian GDP Capai 40 Persen di Akhir Abad

Ancaman Nyata Perubahan Iklim terhadap Perekonomian Global

Sebuah studi terbaru dari University of New South Wales (UNSW) di Australia mengungkapkan dampak yang lebih mengerikan dari perubahan iklim terhadap perekonomian global. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research pada Maret 2025 ini, memperkirakan bahwa peningkatan suhu bumi sebesar 4 derajat Celsius dapat menyebabkan kerugian Produk Domestik Bruto (GDP) global hingga 40 persen pada tahun 2100. Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang hanya berkisar 11 persen, menunjukkan urgensi untuk tindakan mitigasi yang lebih kuat.

Temuan ini menggarisbawahi bahwa dampak ekonomi perubahan iklim jauh lebih luas dan kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya. Timothy Neal, seorang peneliti dari Institute for Climate Risk and Response UNSW, menjelaskan bahwa perbedaan signifikan ini muncul setelah peneliti memasukkan disrupsi pada rantai pasokan global yang disebabkan oleh cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.

Rantai Pasok Terganggu, Kerugian Ekonomi Membengkak

Penelitian sebelumnya cenderung mengandalkan data historis untuk membandingkan peristiwa cuaca ekstrem dengan pertumbuhan ekonomi, seringkali mengabaikan dampak yang lebih luas dari gangguan rantai pasokan. Akibatnya, perkiraan biaya perubahan iklim menjadi terlalu rendah.

"Para ekonom biasanya melihat data sejarah untuk membandingkan peristiwa cuaca ekstrem dan pertumbuhan ekonomi untuk menilai ongkos perubahan iklim," kata Neil.

Neal menyoroti bahwa model ekonomi sebelumnya seringkali gagal memperhitungkan efek cascading dari cuaca ekstrem pada rantai pasokan global. Ketika faktor ini dimasukkan dalam perhitungan, dampaknya terhadap GDP global menjadi jauh lebih signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga ancaman serius terhadap stabilitas ekonomi global.

Implikasi Kebijakan dan Kebutuhan Akan Respons Cepat

Studi ini memiliki implikasi penting bagi perumusan kebijakan iklim. Perkiraan dampak ekonomi yang lebih akurat dan komprehensif diperlukan untuk membenarkan investasi yang lebih besar dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Neal menekankan perlunya respons yang cepat dan adaptif terhadap informasi baru.

"Kita perlu responsif dengan informasi baru kalau kita ingin melakukan tindakan terbaik kepentingan bersama," katanya.

Penelitian ini juga membantah anggapan bahwa beberapa negara, terutama yang berada di iklim dingin, akan mendapat manfaat dari perubahan iklim. Neal berpendapat bahwa ketergantungan global pada rantai pasokan menunjukkan bahwa tidak ada negara yang kebal terhadap dampak ekonomi perubahan iklim.

Faktor-faktor Tambahan dan Penelitian Lanjutan

Perlu dicatat bahwa penelitian ini belum memasukkan faktor-faktor seperti adaptasi iklim dan migrasi, yang juga dapat mempengaruhi dampak ekonomi perubahan iklim. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya kompleksitas masalah ini dan mengembangkan strategi respons yang efektif.

Kesimpulan

Temuan dari UNSW ini memberikan peringatan keras tentang potensi konsekuensi ekonomi dari perubahan iklim. Kerugian GDP global yang diperkirakan mencapai 40 persen pada tahun 2100 menggarisbawahi urgensi untuk tindakan iklim yang lebih ambisius dan terkoordinasi. Dengan memahami sepenuhnya risiko ekonomi yang terkait dengan perubahan iklim, kita dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan berinvestasi dalam masa depan yang lebih berkelanjutan.

Poin-poin penting dari studi ini:

  • Perubahan iklim dapat menyebabkan kerugian GDP global hingga 40 persen pada tahun 2100.
  • Angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya karena memasukkan disrupsi pada rantai pasokan.
  • Tidak ada negara yang kebal terhadap dampak ekonomi perubahan iklim.
  • Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak perubahan iklim.
  • Tindakan iklim yang ambisius dan terkoordinasi sangat diperlukan.