Perjuangan Agen BRILink Pulau Kelapa: Julidalfita, Srikandi Ekonomi Kepulauan Seribu
Pulau Kelapa, sebuah permata di gugusan Kepulauan Seribu, bukan hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan geliat ekonominya yang ditopang oleh agen BRILink. Di antara para penggerak ekonomi lokal ini, Julidalfita, seorang agen BRILink yang telah mengabdi sejak 2015, menonjol sebagai sosok inspiratif.
Julidalfita, yang akrab disapa Ibu Ita, merantau dari Padang bersama ibunya sejak usia muda. Kini, ia telah menetap dan membangun keluarga di pulau ini. Toko Syamsudin, nama usahanya, menjadi pusat layanan BRILink sekaligus menyediakan kebutuhan alat tulis kantor (ATK) bagi warga Pulau Kelapa. Di balik kesederhanaan tokonya, tersimpan kisah perjuangan dan dedikasi seorang ibu yang gigih.
"Dulu, saya tidak percaya dengan usaha seperti ini," kenang Ibu Ita. Awalnya, ia meragukan potensi BRILink dan lebih memilih pekerjaan dengan status dan gaji tetap. Namun, darah pengusaha yang mengalir dari ibunya mendorongnya untuk mencoba. Dengan bimbingan sang suami, Ibu Ita perlahan menguasai seluk-beluk bisnis BRILink. Toko sembakonya pun bertransformasi menjadi agen BRILink yang melayani berbagai transaksi keuangan warga.
Keuletan Ibu Ita mendapat apresiasi dari Ryan dan Redi, para mantri BRI yang bertugas di Kepulauan Seribu. Mereka mengakui bahwa Ibu Ita tidak hanya memenuhi target, tetapi juga melampauinya. "Beliau bisa setor Rp 500 juta per bulan, minimal kalau agen itu Rp 200 juta," ungkap Ryan, mengagumi kinerja Ibu Ita.
Ibu Ita merasakan betul manfaat menjadi agen BRILink. Ia mampu membantu perekonomian warga Pulau Kelapa dan juga meningkatkan taraf hidup keluarganya. Namun, kesuksesan tak datang tanpa tantangan. Ia terkadang menghadapi penolakan karena volume setoran yang besar. Selain itu, lokasi yang terpencil juga menghadirkan kendala tersendiri.
Salah satu tantangan terbesar adalah ketersediaan uang tunai. Perekonomian di Kepulauan Seribu yang dinamis membuat kebutuhan uang tunai sangat tinggi. Terkadang, Ibu Ita harus meminta bantuan kedua anaknya yang kuliah di Jakarta untuk membawa uang tunai ke Pulau Kelapa. Perjalanan dari Jakarta ke Pulau Kelapa tidaklah mudah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ongkos transportasi bisa mencapai Rp 500 ribuan.
"Saya telepon anak langsung ke sini bawa uang kalau persediaan sudah habis," ujarnya.
Bisnis Ibu Ita juga mengalami pasang surut. Ada hari-hari sepi ketika hanya sedikit pelanggan yang datang. Namun, ketika musim ikan tiba, kedainya ramai dikunjungi pedagang yang membutuhkan uang tunai. Ia bahkan sering melakukan barter dengan pelanggan setia ketika persediaan uang menipis. Transfer bebas biaya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggannya.
"Ya seminggu bisa Rp 40 jutaan lah," jawabnya, menggambarkan omzetnya saat musim ramai.
Ibu Ita sangat bersyukur dengan adanya Teras BRI Kapal 'Bahtera Seva I' yang menjangkau Pulau Kelapa sekali seminggu. Kehadiran bank terapung ini sangat membantu kelancaran usahanya. "Alhamdulillah, sekali seminggu aja juga sudah cukup sih," pungkasnya.
Ryan dan Redi berharap agar usaha agen BRILink seperti Ibu Ita terus berkembang. BRI berkomitmen untuk mengembangkan usaha mikro masyarakat, khususnya di Kepulauan Seribu, dengan menghadirkan Teras BRI Kapal, satu-satunya bank terapung di dunia.
Kisah Ibu Ita adalah cerminan semangat pantang menyerah dan dedikasi untuk memajukan ekonomi lokal. Ia adalah salah satu Srikandi ekonomi Kepulauan Seribu yang patut diacungi jempol.