Kue Mawar Klasik Blitar Diburu Pemudik Sebagai Buah Tangan Lebaran
Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, permintaan kue kering tradisional, khususnya kue mawar, mengalami lonjakan signifikan di Blitar. Kue mawar, dengan cita rasa klasik dan bentuknya yang unik, menjadi primadona oleh-oleh bagi para pemudik yang hendak kembali ke kampung halaman.
Susilorini (56), seorang produsen kue mawar rumahan di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, mengungkapkan bahwa dirinya telah memproduksi sekitar 70 kilogram kue mawar sejak awal bulan Ramadan. Peningkatan pesanan ini mendorongnya untuk memulai produksi lebih awal guna mengantisipasi lonjakan permintaan. "Sebelum Ramadan kami sudah memproduksi karena pesanan sudah cukup banyak, supaya tidak kuwalahan," ujarnya.
Kue mawar buatan Susilorini tidak hanya diminati oleh warga Blitar, tetapi juga merambah pasar luar kota. Bahkan, ia menerima pesanan dari Papua, yang menunjukkan popularitas kue mawar sebagai oleh-oleh khas Blitar. "Pesanannya banyak yang di Blitar untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk toko oleh-oleh. Kalau untuk pesanan luar kota, ada juga teman di Papua pesan roti mawar untuk dijual lagi," jelasnya.
Ruang tamu di rumah Susilorini dipenuhi dengan ratusan toples dan mika berisi kue mawar. Rak-rak berisi kue tertata rapi, sebagian merupakan pesanan yang sudah siap dikirim, dan sebagian lagi dipajang sebagai sampel untuk menarik pembeli. Harga kue mawar bervariasi, mulai dari Rp 45 ribu hingga Rp 75 ribu per kemasan, tergantung pada beratnya (400 gram dan 500 gram).
Dalam memasarkan produknya, Susilorini memanfaatkan dua strategi, yaitu penjualan secara offline dan online. Pelanggan lama biasanya datang langsung ke rumah untuk memesan kue mawar. Sementara itu, ia juga aktif mempromosikan kue mawar melalui media sosial, yang terbukti efektif menjaring pelanggan baru.
Ilham Ramadan (30), seorang pemudik asal Solo yang bekerja di Blitar, mengaku sengaja membeli kue mawar sebagai oleh-oleh untuk keluarganya di kampung halaman. "Asli saya Solo, kerja di Blitar. Kebetulan ibu saya suka dengan kue mawar jadul ini, jadi setiap mudik selalu bawa oleh-oleh kue ini," katanya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kue kering tradisional seperti kue mawar tetap memiliki daya tarik tersendiri di tengah gempuran kue modern. Kue mawar tidak hanya menjadi suguhan istimewa saat Lebaran, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan nostalgia bagi banyak orang.