Lawang Sewu: Salat Id Bersejarah di Ikon Kota Semarang

Salat Idul Fitri Pertama di Lawang Sewu Tarik Ribuan Jemaah

Momen bersejarah mewarnai pagi Idul Fitri 1446 Hijriah di Kota Semarang. Bangunan ikonik Lawang Sewu, yang dikenal dengan arsitektur khas Belanda dan sejarah panjangnya, untuk pertama kalinya menjadi lokasi pelaksanaan salat Id. Ribuan warga dari Semarang dan sekitarnya, bahkan dari luar kota, berbondong-bondong memadati area Lawang Sewu sejak dini hari untuk mengikuti salat yang istimewa ini.

Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Pintu gerbang Lawang Sewu dibuka lebar sejak pukul 05.00 WIB, memungkinkan para jemaah untuk memasuki area tanpa dipungut biaya hingga pukul 08.30 WIB. Suasana khidmat terasa saat Ustadz Makhasim memimpin salat dan menyampaikan khotbah. Jemaah dengan khusyuk mengikuti setiap rangkaian ibadah, merasakan kekhusyukan di tengah bangunan bersejarah tersebut.

Pengalaman Spiritual dan Wisata dalam Satu Waktu

Usai salat Id, suasana tidak langsung sepi. Banyak jemaah yang memilih untuk tidak langsung pulang. Mereka memanfaatkan kesempatan langka ini untuk mengabadikan momen dengan berfoto dan membuat video di sekitar Lawang Sewu. Beberapa di antaranya bahkan langsung menjelajahi bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1919 ini, menikmati wisata sejarah setelah menunaikan ibadah.

Agustina Putri, seorang pengunjung dari Jakarta, mengaku sengaja datang ke Lawang Sewu setelah mengetahui informasi tentang salat Id di sana dari keluarganya di Semarang. "Biasanya kalau salat Id di Semarang di Balai Kota. Seru sih di sini, bisa sekalian wisata," ujarnya, mengungkapkan kegembiraannya bisa menggabungkan ibadah dan wisata dalam satu waktu.

Harapan Baru untuk Lawang Sewu

Otnial Eko Pamiarso, Manager Historical Building and Museum PT KAI Pariwisata, mengungkapkan harapannya agar pelaksanaan salat Id di Lawang Sewu dapat memberikan pengalaman yang unik bagi masyarakat, menggabungkan aspek spiritual dan wisata. Ia juga terkejut dengan tingginya antusiasme warga.

"Dengan kami adakan salat Id di sini harapannya masyarakat Kota Semarang merasa memiliki Lawang Sewu," kata Eko. Ia menambahkan bahwa Lawang Sewu, yang dulunya merupakan kantor kereta api pertama, kini dapat dinikmati oleh masyarakat luas, termasuk para pemudik yang kembali ke Semarang.

Kilas Balik Sejarah Lawang Sewu

Lawang Sewu, yang berarti "Seribu Pintu" dalam bahasa Jawa, merupakan bangunan bersejarah yang terletak di jantung Kota Semarang. Dibangun antara tahun 1904 dan 1919 oleh arsitek Belanda, Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, bangunan ini awalnya difungsikan sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api Hindia Belanda.

Arsitektur Lawang Sewu sangat khas dengan gaya Belanda, ditandai dengan banyaknya pintu dan jendela yang menjadi ciri khasnya. Selama masa pendudukan Jepang, Lawang Sewu beralih fungsi menjadi markas Kempeitai (polisi militer Jepang). Setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan ini digunakan sebagai kantor Badan Kereta Api Indonesia (DKARI) dan Kodam IV/Diponegoro. Lawang Sewu juga menjadi saksi bisu pertempuran 5 hari di Semarang pada masa penjajahan Jepang.

Pelaksanaan salat Id di Lawang Sewu menjadi catatan sejarah baru bagi bangunan tersebut, menandai perpaduan antara nilai-nilai sejarah, budaya, dan spiritualitas di Kota Semarang.