Makna Mendalam di Balik Ucapan 'Minal Aidin Wal Faizin': Lebih dari Sekadar 'Mohon Maaf Lahir dan Batin'
Memahami Esensi 'Minal Aidin Wal Faizin' di Hari Kemenangan
Perayaan Idul Fitri menjadi momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, ditandai dengan saling memaafkan dan mempererat tali silaturahmi setelah sebulan penuh berpuasa. Di tengah sukacita ini, ucapan 'Minal Aidin Wal Faizin' menjadi tradisi yang tak terpisahkan.
Namun, seringkali ucapan ini diartikan secara sederhana sebagai 'mohon maaf lahir dan batin'. Benarkah demikian? Mari kita telusuri makna sebenarnya dari ungkapan yang sarat akan nilai-nilai spiritual ini.
Asal Usul dan Perkembangan Ucapan
Popularitas ucapan 'Minal Aidin Wal Faizin' di Indonesia tak lepas dari pengaruh lagu 'Hari Lebaran' karya Ismail Marzuki pada era 1950-an. Lirik lagu tersebut, yang kemudian dipopulerkan oleh berbagai penyanyi, memuat kalimat 'minal aidin wal faizin, maafkan lahir dan batin'. Hal ini kemudian memicu anggapan bahwa ucapan tersebut memiliki arti harfiah 'mohon maaf lahir dan batin'.
Makna Linguistik dan Spiritualitas
Menurut cendekiawan M. Quraish Shihab, dalam perspektif linguistik, 'Minal Aidin' berarti '(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali'. Kembali ke fitrah, yakni keadaan suci sebagaimana saat dilahirkan. Puasa selama bulan Ramadhan diharapkan mampu memurnikan jiwa dan mengembalikan manusia pada jati dirinya yang hakiki.
Sementara itu, 'Wal Faizin' berasal dari kata 'fawz' yang bermakna keberuntungan. Dalam konteks Idul Fitri, keberuntungan yang dimaksud merujuk pada pengampunan dan ridha Allah SWT, yang berujung pada kebahagiaan di surga. Al-Quran sendiri berulang kali menyebutkan kata 'fawz' dalam berbagai bentuknya, yang mayoritas mengacu pada ampunan dan kebahagiaan surgawi.
Ayat Al-Quran sebagai Landasan
Al-Quran dalam surah An-Nur ayat 22 menegaskan syarat untuk meraih anugerah tersebut:
وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۖ وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَاللَّهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: "Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Ayat ini menekankan pentingnya memaafkan dan berlapang dada sebagai wujud meraih ampunan Allah SWT.
Redaksi Lengkap dan Variasi Ucapan
Berikut adalah penulisan lengkap 'Minal Aidin Wal Faizin' dalam bahasa Arab:
مِنَ الْعَائِدِيْن وَالْفَائِزِيْن
Arab-Latin: Minal 'aidiin wal faaiziin.
Artinya: "Semoga kita semua tergolong orang yang kembali ke fitrah dan menuai kemenangan dengan meraih surga."
Ucapan ini seringkali diawali dengan 'Ja'alanallahu minal 'aidin wal faizin', yang berarti "Semoga Allah menjadikan kita termasuk (golongan) orang-orang yang kembali (fitrah) dan menjadi pemenang."
Redaksi yang lebih lengkap sebagai penutup adalah:
تقبل الله منا و منكم صيامنا و صيامكم جعلنا الله وإياكم من العائدين و الفائزين كل عام و أنتم بخير
Arab Latin: Taqabbalallahu minna wa minkum shiyamana wa siyamakum wa ja'alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin kullu aamiin wa antum bi khair.
Artinya: "Semoga Allah SWT menerima ibadah (puasa) kita, Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang kembali (dalam keadaan suci) dan termasuk orang orang yang mendapatkan kemenangan, dan semoga kalian semuanya senantiasa dalam kebaikan setiap tahun."
Tradisi Sejak Zaman Rasulullah SAW
Menurut Sayyid Sabiq, ucapan ini telah digunakan sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat sebagai ungkapan selamat di hari Idul Fitri dan Idul Adha.
Dengan demikian, 'Minal Aidin Wal Faizin' bukan sekadar ucapan 'mohon maaf lahir dan batin', melainkan doa dan harapan agar kita kembali pada fitrah, meraih ampunan Allah SWT, dan mencapai kebahagiaan abadi. Mari kita maknai Idul Fitri dengan lebih mendalam, tidak hanya sebagai momen silaturahmi, tetapi juga sebagai kesempatan untuk introspeksi diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dan sesama.