Studi Ungkap Mobil Listrik Paling Anjlok Harga Jualnya dalam 5 Tahun, Capai 73 Persen!
Studi Ungkap Mobil Listrik Paling Anjlok Harga Jualnya dalam 5 Tahun, Capai 73 Persen!
Depresiasi atau penurunan nilai jual kembali mobil menjadi perhatian penting bagi konsumen. Faktor-faktor seperti permintaan pasar, kondisi ekonomi, usia kendaraan, dan jenis bahan bakar sangat memengaruhi seberapa besar nilai sebuah mobil akan berkurang seiring waktu. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh iSeeCars mengungkap fakta menarik tentang mobil-mobil yang mengalami depresiasi paling signifikan dalam kurun waktu 5 tahun. Hasilnya cukup mengejutkan, terutama bagi pemilik dan calon pembeli mobil listrik.
Studi iSeeCars menganalisis data lebih dari 800.000 mobil bekas berusia 5 tahun yang terjual antara Maret 2024 hingga Februari 2025. Analisis ini menyoroti perbedaan mencolok antara mobil listrik (EV), mobil hybrid, dan mobil dengan mesin pembakaran internal (ICE) dalam hal mempertahankan nilai jualnya. Secara umum, mobil listrik cenderung mengalami depresiasi yang lebih tinggi dibandingkan jenis mobil lainnya.
Mobil Listrik Kehilangan Nilai Terbesar
Data menunjukkan bahwa kendaraan listrik kehilangan rata-rata 58,8% dari nilainya setelah 5 tahun pemakaian. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan mobil hybrid yang hanya kehilangan sekitar 40% dari nilai barunya. Karl Brauer, Analis Eksekutif iSeeCars, menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor depresiasi dalam keputusan pembelian mobil. "Penyusutan tetap menjadi aspek termahal dalam membeli kendaraan baru, dan variasi antara jenis kendaraan dan model tertentu adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan konsumen ketika meneliti pembelian mereka berikutnya," ujarnya. Brauer juga menambahkan bahwa perbedaan antara membeli kendaraan hybrid versus kendaraan listrik bisa mencapai puluhan ribu dolar dalam nilai yang hilang.
Berikut adalah daftar beberapa mobil yang mengalami depresiasi tertinggi dalam studi tersebut:
- Jaguar I-Pace: Crossover listrik ini memimpin daftar dengan penurunan nilai mencapai 72,2% setelah 5 tahun, setara dengan kehilangan sekitar 51.953 USD atau sekitar Rp 861 jutaan.
- BMW Seri 7: Sedan mewah ini menempati posisi kedua dengan penurunan nilai sebesar 67,1%, atau sekitar 65.249 USD (Rp 1,08 miliaran).
- Tesla Model S: Mobil listrik populer ini mengalami depresiasi sebesar 65,2%.
- Infiniti QX80: SUV mewah ini mengalami penurunan nilai sebesar 65,0%.
- Maserati Ghibli: Sedan mewah ini mengalami depresiasi sebesar 64,7%.
Model lain yang juga masuk dalam daftar dengan depresiasi tinggi adalah Tesla Model X (63,4%), Cadillac Escalade ESV (62,9%), dan Mercedes S-Class (60,7%).
Mobil Sport Lebih Baik dalam Mempertahankan Nilai
Berbanding terbalik dengan mobil listrik dan mobil mewah yang mendominasi daftar depresiasi tertinggi, mobil sport justru menunjukkan performa yang lebih baik dalam mempertahankan nilai jualnya. Porsche mendominasi kategori ini dengan dua model unggulannya:
- Porsche 911: Mobil sport ikonik ini menduduki peringkat pertama dengan depresiasi hanya 19,5% setelah 5 tahun.
- Porsche 718 Cayman: Mobil sport ini menempati posisi kedua dengan depresiasi sebesar 21,8%.
Implikasi bagi Konsumen
Studi ini memberikan wawasan berharga bagi konsumen yang berencana membeli mobil baru. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi depresiasi dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih cerdas dan menghindari kerugian finansial yang signifikan di kemudian hari. Bagi mereka yang mempertimbangkan mobil listrik, penting untuk menyadari bahwa teknologi ini masih relatif baru dan pasar mobil bekasnya belum sepenuhnya matang, sehingga depresiasi cenderung lebih tinggi. Sebaliknya, mobil sport dan mobil mewah tertentu cenderung lebih baik dalam mempertahankan nilainya karena permintaan yang stabil dan citra merek yang kuat.
Dengan mempertimbangkan data dan analisis ini, konsumen dapat membuat keputusan pembelian yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta anggaran mereka.