Semarak Malam Takbiran: Warga Solo Lestarikan Kirab Obor Tradisional Sejauh 6 Kilometer

Semarak Malam Takbiran: Warga Solo Lestarikan Kirab Obor Tradisional Sejauh 6 Kilometer

SOLO, JAWA TENGAH - Suasana malam takbiran Idul Fitri 1446 Hijriah (30/3/2025) di Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Solo, Jawa Tengah, terasa begitu meriah dan khidmat. Ratusan warga dari berbagai usia, dengan semangat membara, mengikuti tradisi kirab obor keliling kampung yang telah diwariskan selama 15 tahun.

Muhammad Mayasin, Wakil Ketua Takmir Masjid Darussalam dan Ketua Panitia Ramadhan, menjelaskan bahwa tradisi ini merupakan inisiatif dari remaja masjid dan warga setempat. Setiap malam takbiran, mereka dengan antusias menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri dengan menggelar kirab obor.

"Ini adalah tradisi yang sangat kami banggakan. Sudah 15 tahun kami laksanakan secara rutin setiap malam takbiran. Kirab obor ini adalah wujud syukur dan kegembiraan kami menyambut Lebaran," ujar Mayasin di sela-sela persiapan kirab.

Ratusan warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tampak bersemangat membawa obor bambu yang menyala terang. Sambil berjalan kaki, mereka mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, mengagungkan nama Allah SWT. Suara takbir bergema di sepanjang jalan yang dilalui, menciptakan suasana yang syahdu dan penuh keberkahan.

Menyusuri Jalanan Kampung Tanpa Kendaraan

Kirab obor ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu seluruh peserta berjalan kaki menyusuri jalanan kampung sejauh 5-6 kilometer. Tradisi ini telah dipertahankan sejak awal pelaksanaan kirab. Menurut Mayasin, berjalan kaki memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai wujud kesederhanaan dan kebersamaan.

"Kami tidak pernah menggunakan kendaraan dalam kirab obor ini. Kami ingin merasakan kebersamaan dan kesederhanaan dengan berjalan kaki bersama-sama. Ini juga menjadi simbol perjuangan kita dalam menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan," jelas Mayasin.

Kirab obor ini juga menjadi simbol kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa dan menahan diri dari segala hawa nafsu. Mayasin menambahkan, bermain api dan menyalakan kembang api juga menjadi bagian dari tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Sempat Dilarang, Akhirnya Mendapat Pengamanan

Sempat ada kekhawatiran dari pihak kepolisian terkait keamanan pelaksanaan kirab obor ini. Namun, karena antusiasme warga yang begitu besar, akhirnya pihak kepolisian memberikan izin dengan catatan harus ada pengamanan dan imbauan khusus.

"Awalnya memang ada larangan dari Polsek. Tapi karena anak-anak sangat antusias, akhirnya Polsek memberikan izin dengan syarat kami harus memperhatikan faktor keamanan, terutama agar api tidak mengenai mobil atau kendaraan," tutur Mayasin.

Dengan adanya pengamanan dan imbauan dari pihak kepolisian, kirab obor dapat berjalan dengan lancar dan aman. Warga pun dapat merayakan malam takbiran dengan penuh suka cita dan kegembiraan.

Tradisi kirab obor ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan. Kirab obor menjadi simbol kebersamaan, kesederhanaan, kemenangan, dan semangat untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan hati yang bersih dan penuh syukur.

Diharapkan, tradisi ini dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang, sehingga semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap tradisi lokal tetap terjaga.

Makna Simbolis Kirab Obor

  • Obor: Melambangkan cahaya, harapan, dan semangat untuk terus berbuat baik.
  • Api: Melambangkan semangat yang membara untuk menyambut Idul Fitri.
  • Berjalan Kaki: Melambangkan kesederhanaan dan kebersamaan.
  • Takbir: Mengagungkan nama Allah SWT dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan.

Kirab obor di Kelurahan Jayengan, Solo, adalah contoh nyata bagaimana tradisi lokal dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan masyarakat. Semoga tradisi ini terus lestari dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.