Tradisi Unik Gorontalo: Ikan Nike Sebagai Penanda Datangnya Idul Fitri
Di Gorontalo, penentuan Hari Raya Idul Fitri memiliki tradisi unik yang melibatkan alam. Sebagian masyarakat di wilayah ini tidak hanya mengandalkan perhitungan kalender Islam (Hijriah) atau pengumuman resmi dari pemerintah, tetapi juga mengamati kemunculan ikan nike di perairan Teluk Gorontalo.
Nike: Ikan Kecil dengan Peran Besar
Nike adalah sebutan untuk berbagai jenis ikan berukuran kecil, terutama yang masih dalam fase larva dan juvenil. Ikan-ikan ini melakukan migrasi dari laut ke sungai, sebuah fenomena alamiah yang terjadi secara periodik. Bagi masyarakat Gorontalo, kedatangan ikan nike di muara sungai, khususnya yang bermuara di Teluk Gorontalo seperti Sungai Bolango dan Sungai Bone, menjadi pertanda penting.
Penanda Alamiah yang Diwariskan
Kehadiran nike bukan sekadar fenomena biologis. Lebih dari itu, ia telah menjadi bagian dari tradisi dan kearifan lokal masyarakat Gorontalo. Generasi tua di Gorontalo meyakini bahwa kemunculan ikan nike menandakan berakhirnya bulan Ramadan dan datangnya Syawal. Keyakinan ini diwariskan turun-temurun, menjadi semacam 'kalender alam' yang membantu masyarakat menentukan waktu beribadah dan merayakan hari besar.
Nike: Santapan Istimewa dan Berkah Alam
Selain sebagai penanda waktu, ikan nike juga menjadi hidangan istimewa bagi masyarakat Gorontalo. Ikan kecil ini hanya muncul pada waktu-waktu tertentu, sehingga kehadirannya selalu dinantikan. Nike biasanya diolah menjadi berbagai masakan lezat, menjadi menu wajib di meja makan keluarga saat musimnya tiba. Lebih jauh, kemunculan nike juga berdampak positif pada ekosistem Teluk Gorontalo. Kehadiran mereka menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan lain, menjaga keseimbangan rantai makanan di perairan tersebut. Pada saat musim nike tiba, hasil tangkapan ikan dari nelayan pun meningkat, sehingga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tradisi yang Terus Dilestarikan
Meskipun zaman terus berubah, tradisi mengamati kemunculan ikan nike sebagai penanda Idul Fitri tetap dilestarikan oleh masyarakat Gorontalo. Para pedagang nike bahkan rela berkeliling kampung di dini hari, menjajakan ikan segar hasil tangkapan. Suara terompet dari kerang yang mereka tiup menjadi penanda bagi warga untuk segera bangun dan membeli nike yang masih segar dan bening.
Penjelasan Ilmiah di Balik Fenomena Nike
Prof. Femmy Mahmud Sahami, Guru Besar Fakultas Kelautan dan Teknologi Perikanan Universitas Negeri Gorontalo, menjelaskan bahwa ikan nike termasuk dalam kelompok ikan gobi amphidromous. Ikan-ikan ini memiliki siklus hidup yang unik, yaitu melakukan migrasi dari laut ke sungai pada fase larva dan juvenil.
Dalam penelitiannya, Prof. Femmy menjelaskan bahwa perkawinan ikan gobi dewasa terjadi di hulu sungai saat bulan purnama. Telur-telur yang dihasilkan kemudian hanyut terbawa arus sungai menuju hilir. Proses ini menyebabkan telur-telur tersebut menggumpal. Gumpalan telur ini kemudian pecah menjadi larva dan berkembang menjadi post larva, yang dikenal sebagai ikan nike.
Siklus reproduksi ikan gobi yang terjadi setiap bulan ini kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat Gorontalo sebagai penanda datangnya bulan baru, termasuk bulan Syawal. Fenomena serupa juga ditemukan di daerah lain seperti Halmahera dan Maluku Utara, di mana ikan nike juga digunakan sebagai penanda masuknya bulan Ramadan dan Syawal.
Penelitian Prof. Femmy juga mengungkap bahwa nike tidak berasal dari satu jenis ikan saja, melainkan dari beberapa jenis ikan yang memiliki pola reproduksi serupa. Setidaknya ada 13 jenis ikan yang teridentifikasi memiliki pola reproduksi seperti ini.
Tradisi unik masyarakat Gorontalo dalam menentukan Idul Fitri melalui pengamatan ikan nike ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara manusia dan alam. Kearifan lokal ini patut dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.