Rekayasa Genetika: Colossal Biosciences Sukses Ciptakan Tikus Berbulu, Langkah Awal Menuju 'Mamut' Modern

Rekayasa Genetika: Langkah Awal Menuju Mamut Modern Lewat Tikus Berbulu

Colossal Biosciences, perusahaan bioteknologi yang ambisius, telah mencapai tonggak penting dalam upayanya menciptakan kembali mamut berbulu. Meskipun tujuan utama mereka adalah menghadirkan gajah Asia dengan karakteristik mamut, perusahaan ini telah berhasil menciptakan ratusan tikus dengan bulu yang menyerupai mamut berbulu – sebuah pencapaian signifikan yang menjadi langkah awal dalam proyek rekayasa genetika yang kompleks dan revolusioner ini.

Tikus-tikus hasil rekayasa genetika ini, yang dijuluki 'Colossal woolly mouse', tampaknya jauh lebih menggemaskan daripada yang diperkirakan oleh tim peneliti. Ben Lamm, CEO dan salah satu pendiri Colossal, menyatakan bahwa hampir 100 ekor tikus berbulu telah berhasil dilahirkan dengan kondisi sehat dan fenotipe sesuai prediksi. Bulu tikus-tikus ini meniru bulu mamut berbulu dalam hal warna, tekstur, dan ketebalan. Keberhasilan ini menandai sebuah terobosan dalam manipulasi gen untuk menghasilkan fenotipe yang spesifik dan terkontrol, membuktikan kemampuan teknologi CRISPR dalam memodifikasi gen untuk tujuan yang spesifik.

Proses menciptakan tikus berbulu ini melibatkan analisis menyeluruh terhadap 121 genom mamut dan gajah, termasuk gajah Asia. Perbandingan genom tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi gen kunci yang bertanggung jawab atas adaptasi mamut terhadap lingkungan dingin, seperti metabolisme lemak dan pertumbuhan bulu. Setelah mengidentifikasi 10 gen yang terkait dengan bulu dan metabolisme lemak dan kompatibel dengan genom tikus, tim peneliti memanfaatkan teknologi CRISPR untuk memodifikasi tujuh di antaranya. Tujuh gen yang dimodifikasi tersebut diharapkan dapat memberikan kemampuan adaptasi terhadap suhu dingin yang sama dengan mamut berbulu.

Keberhasilan ini bukan hanya sekadar pencapaian estetis, melainkan langkah krusial menuju tujuan utama Colossal: menciptakan gajah Asia yang memiliki sifat-sifat seperti mamut berbulu. Gajah Asia yang dimodifikasi ini akan berperan sebagai spesies pengganti atau 'proxy', menghasilkan mamalia dengan karakteristik yang mendekati mamut berbulu, bukan menghidupkan kembali mamut berbulu itu sendiri. Keberhasilan pada tikus ini membuktikan viabilitas pendekatan ini. Langkah selanjutnya melibatkan pengujian toleransi tikus-tikus berbulu terhadap kondisi dingin untuk memvalidasi efektivitas gen yang dimodifikasi dalam meningkatkan adaptasi terhadap lingkungan yang dingin. Proses ini masih menunggu persetujuan dari Institutional Animal Care and Use Committee.

Ambisi Colossal tidak berhenti pada mamut berbulu. Mereka juga tengah mengembangkan spesies pengganti untuk thylacine atau harimau Tasmania, dan burung dodo – spesies-spesies yang sudah punah. Tujuan jangka panjangnya adalah untuk melepaskan hewan-hewan tersebut ke habitat aslinya, sebuah usaha yang penuh tantangan tetapi menawarkan potensi besar dalam konservasi dan pemulihan keanekaragaman hayati. Proyek-proyek ambisius ini menyoroti potensi dan tantangan dalam penerapan teknologi rekayasa genetika untuk tujuan konservasi dan pemulihan spesies yang punah.

Proses ini, meskipun menjanjikan, juga menimbulkan perdebatan etis dan implikasi lingkungan yang perlu dipertimbangkan secara hati-hati. Pertanyaan mengenai dampak jangka panjang modifikasi genetika pada ekosistem dan kesejahteraan hewan perlu dikaji dan dibahas secara mendalam sebelum proyek-proyek seperti ini diimplementasikan secara luas.