Deflasi Februari Tak Halangi Peningkatan Daya Beli Jelang Ramadhan dan Lebaran: Pemerintah Optimis Hadapi Tren Positif

Deflasi Februari Tak Halangi Peningkatan Daya Beli Jelang Ramadhan dan Lebaran: Pemerintah Optimis Hadapi Tren Positif

Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi 0,48 persen secara bulanan dan 0,09 persen secara tahunan pada indeks harga konsumen (IHK) Februari 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tetap optimistis. Ia menyatakan daya beli masyarakat justru meningkat menjelang Ramadhan dan Lebaran 2025. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator positif yang diiringi oleh berbagai program pemerintah untuk mendorong konsumsi domestik.

Meskipun inflasi inti mengalami kenaikan menjadi 0,25 persen secara bulanan (2,48 persen secara tahunan), peningkatan daya beli masyarakat tetap terpantau. Airlangga menjelaskan bahwa berbagai program strategis pemerintah berperan signifikan dalam mendorong tren positif ini. Program-program tersebut antara lain:

  • Diskon tiket pesawat dan tarif tol: Pemerintah memberikan insentif berupa potongan harga tiket pesawat dan tarif tol guna memudahkan mobilitas masyarakat selama periode mudik Lebaran.
  • Program pariwisata mudik Lebaran: Inisiatif ini bertujuan untuk merangsang sektor pariwisata dan mendorong pengeluaran masyarakat selama liburan.
  • Program diskon belanja: Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menawarkan diskon belanja guna meningkatkan daya beli masyarakat.
  • Percepatan penyaluran bantuan sosial: Penyaluran bantuan sosial dipercepat untuk menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan, khususnya menjelang hari raya.
  • Penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR) bagi ASN dan pekerja swasta: Penyaluran THR tepat waktu bertujuan untuk memastikan ketersediaan dana bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Lebaran.
  • Operasi pasar oleh Perum Bulog dan BUMN pangan: Langkah ini dilakukan untuk menstabilkan harga dan ketersediaan bahan pokok seperti minyak goreng, gula konsumsi, daging kerbau beku, dan beras dengan harga yang lebih terjangkau daripada Harga Eceran Tertinggi (HET).
  • Insentif ekonomi: Pemerintah juga menawarkan berbagai insentif ekonomi, termasuk diskon tarif listrik, insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti dan kendaraan listrik, serta insentif PPh DTP bagi sektor padat karya.
  • Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR): Pemerintah menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp 55,4 triliun hingga akhir Maret 2025, dengan fokus pada sektor pertanian, perdagangan, dan manufaktur untuk memperkuat UMKM dan mendorong transformasi digital.

Selain itu, sektor manufaktur juga menunjukkan kinerja positif dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Februari 2025 mencapai 53,6. Angka ini menandakan ekspansi sektor manufaktur yang signifikan, didorong oleh lonjakan pesanan domestik menjelang Ramadhan dan Lebaran. Peningkatan produksi dan penambahan tenaga kerja di sektor manufaktur turut berkontribusi pada peningkatan daya beli.

Optimisme pelaku industri juga tinggi, tercermin dari tingkat kepercayaan terhadap pertumbuhan produksi yang mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Kondisi ini sejalan dengan peningkatan PMI Manufaktur ASEAN ke level 51,5 pada Februari 2025. Meskipun demikian, pemerintah tetap waspada terhadap potensi penurunan aktivitas manufaktur di bulan-bulan berikutnya dan terus memantau perkembangan di sektor ini.

Secara keseluruhan, meskipun adanya deflasi pada Februari 2025, pemerintah tetap yakin bahwa daya beli masyarakat akan tetap terjaga bahkan meningkat selama Ramadhan dan Lebaran 2025, ditopang oleh berbagai program dan indikator ekonomi positif yang ada.