Komunitas Naqsabandiyah Padang Merayakan Idul Fitri Lebih Awal Berdasarkan Hisab Tradisional
Komunitas Naqsabandiyah Padang Merayakan Idul Fitri Lebih Awal Berdasarkan Hisab Tradisional
Kota Padang, Sumatera Barat – Komunitas Tarekat Naqsabandiyah di Padang memulai perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah pada hari ini, menandai berakhirnya bulan Ramadan bagi kelompok tersebut. Perbedaan dalam penetapan 1 Syawal ini didasarkan pada metode hisab (perhitungan astronomi) yang telah diwariskan secara turun temurun oleh ulama tarekat Naqsabandiyah.
Perayaan dimulai dengan lantunan takbir yang menggema sejak Jumat (28/3/2025) malam di Surau Baru, Binuang Kampung Dalam, Kecamatan Pauh. Meskipun dalam skala kecil, lantunan takbir ini menambah khidmat suasana malam itu, usai pelaksanaan salat Isya oleh para jemaah. Tradisi takbiran ini menjadi penanda penting bagi komunitas Naqsabandiyah dalam menyambut hari kemenangan.
"Kami merayakan Idul Fitri pada tanggal 1 besok (hari ini - red), karena puasa kami telah genap 30 hari. Permulaan puasa kami memang lebih awal, sesuai dengan hisab yang telah menjadi pedoman dari generasi ke generasi," ungkap Mardanus, seorang ulama Naqsabandiyah, memberikan penjelasan mengenai perbedaan waktu perayaan Idul Fitri ini.
Keputusan untuk memulai puasa Ramadan lebih awal, yang kemudian berimplikasi pada perayaan Idul Fitri yang juga lebih awal, adalah hasil dari interpretasi dan penerapan metode hisab yang spesifik oleh komunitas Naqsabandiyah. Metode hisab ini telah menjadi bagian integral dari praktik keagamaan mereka selama bertahun-tahun.
Jejak Naqsabandiyah di Sumatera Barat
Tarekat Naqsabandiyah memiliki akar yang kuat di Sumatera Barat, dengan ribuan pengikut yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota. Diperkirakan lebih dari 5.000 orang mengikuti ajaran tarekat ini, yang menjadikannya salah satu tarekat yang signifikan di wilayah tersebut.
Selain Naqsabandiyah, Sumatera Barat juga menjadi rumah bagi tarekat lain seperti Sattariyah dan Kastariyah. Menariknya, terdapat perbedaan dalam penentuan awal Ramadan dan Idul Fitri di antara ketiga tarekat ini. Jika Naqsabandiyah cenderung lebih awal dalam menentukan awal bulan, Sattariyah dan Kastariyah seringkali mengikuti atau bahkan sedikit lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
Keberagaman dalam penentuan hari-hari penting keagamaan ini mencerminkan kekayaan tradisi Islam di Sumatera Barat, di mana berbagai interpretasi dan praktik keagamaan hidup berdampingan. Meskipun terdapat perbedaan, semangat persaudaraan dan toleransi tetap dijunjung tinggi di antara umat Islam di wilayah ini.
Perayaan Idul Fitri oleh komunitas Naqsabandiyah di Padang menjadi pengingat akan keberagaman praktik keagamaan di Indonesia dan pentingnya menghormati perbedaan tersebut. Semoga semangat Idul Fitri membawa kedamaian dan keberkahan bagi semua.
Daftar Poin Penting:
- Perayaan Idul Fitri komunitas Naqsabandiyah didasarkan pada hisab tradisional.
- Takbiran telah dilaksanakan di Surau Baru, Binuang Kampung Dalam.
- Komunitas Naqsabandiyah memulai puasa Ramadan lebih awal.
- Tarekat Naqsabandiyah memiliki ribuan pengikut di Sumatera Barat.
- Sumatera Barat memiliki beragam tarekat dengan metode penentuan hari raya yang berbeda.