Rumah Sakit di Myanmar Kewalahan Tangani Korban Gempa Bumi 7,7 SR: Tenaga Medis Kekurangan, Pasokan Menipis
Rumah Sakit di Mandalay, Myanmar, Lumpuh Diterjang Gelombang Pasien Pasca Gempa Dahsyat
Suasana mencekam menyelimuti Rumah Sakit Umum Mandalay, Myanmar, pasca gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengguncang wilayah tersebut pada hari Jumat. Puluhan pasien dengan luka-luka serius, mulai dari cedera kepala hingga patah tulang, terpaksa dirawat di area parkir rumah sakit karena kapasitas yang sudah tidak memadai. Mereka terbaring di atas tandu seadanya, kardus, bahkan langsung di atas lantai beton.
"Jumlah korban luka terus berdatangan tanpa henti, namun kami menghadapi kekurangan tenaga medis yang sangat parah, baik dokter maupun perawat," ungkap dr. Kyaw Zin, seorang dokter bedah yang bertugas di rumah sakit tersebut. Ia menambahkan, "Bahkan persediaan sederhana seperti kapas pembersih luka pun hampir habis." Kondisi ini menggambarkan betapa daruratnya situasi yang dihadapi oleh para tenaga medis di tengah lonjakan pasien yang luar biasa.
Kondisi Darurat: Rumah Sakit Penuh Sesak, Komunikasi Terputus
Dr. Kyaw Zin menceritakan bagaimana gempa tersebut memorak-porandakan segalanya. Getaran kuat menyebabkan kepanikan massal, memaksa pasien dan staf rumah sakit berhamburan keluar. Saluran komunikasi terputus, membuatnya tidak dapat menghubungi keluarganya dan menambah kecemasannya di tengah situasi yang kacau. "Saya sangat mengkhawatirkan keselamatan orang tua saya," ujarnya dengan nada cemas, "Namun, saya tidak bisa meninggalkan tugas saya di sini. Prioritas utama saya adalah menyelamatkan nyawa para korban."
Ia juga menambahkan bahwa operasi yang sedang berjalan terpaksa dihentikan akibat gempa tersebut. Pada sore hari, suara sirine ambulans meraung-raung memecah kesunyian, menandakan kedatangan lebih banyak korban luka yang membutuhkan pertolongan segera.
Pemandangan Memilukan di Area Parkir Rumah Sakit
Di area parkir yang dialihfungsikan menjadi ruang perawatan darurat, para perawat dengan sigap memeriksa kondisi pasien. Beberapa pasien terlihat terhubung ke selang infus, sementara yang lainnya merintih kesakitan. Bau darah bercampur dengan terik matahari menciptakan atmosfer yang menyesakkan dada.
Tantangan Berat di Tengah Konflik Internal
Junta militer Myanmar hingga saat ini belum memberikan informasi resmi mengenai jumlah korban jiwa akibat gempa tersebut. Kerusakan infrastruktur yang parah dikhawatirkan akan menghambat upaya penyelamatan dan penyaluran bantuan, terutama di wilayah Sagaing yang menjadi pusat gempa dan juga basis perlawanan terhadap pemerintahan militer. Situasi ini semakin memperburuk keadaan, mengingat wilayah tersebut telah lama dilanda konflik internal yang berkepanjangan.
Bantuan Internasional Mulai Berdatangan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi yang akurat akibat gempa susulan dan gangguan komunikasi. Meskipun demikian, WHO menyatakan telah berupaya untuk mengirimkan bantuan medis darurat dari pusat logistik mereka guna membantu meringankan beban Myanmar.
Krisis kemanusiaan ini membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi dari berbagai pihak. Bantuan medis, logistik, dan tenaga ahli sangat dibutuhkan untuk mengatasi dampak gempa bumi dan menyelamatkan nyawa para korban.