Analisis Sentimen Mudik Lebaran 2025: Dominasi Cuitan Bahagia Diduga Terstruktur, Ungkap Riset Monash

Analisis Sentimen Mudik Lebaran 2025: Dominasi Cuitan Bahagia Diduga Terstruktur, Ungkap Riset Monash

Jakarta - Sebuah riset yang dilakukan oleh Monash Data & Democracy Research Hub (MDDRH), Monash University Indonesia, mengungkapkan temuan menarik terkait sentimen publik di platform X (dulu Twitter) selama periode mudik Lebaran 2025. Riset ini menganalisis ribuan cuitan dan menemukan bahwa mayoritas cuitan (58,71%) menunjukkan ekspresi bahagia. Namun, analisis lebih lanjut mengungkap bahwa cuitan-cuitan tersebut didominasi oleh akun-akun lembaga, terutama dari kepolisian, sehingga memunculkan pertanyaan tentang orisinalitas dan representasi sentimen publik yang sebenarnya.

Riset MDDRH mengumpulkan 81.660 cuitan selama periode 21-26 Maret 2025, menggunakan kata kunci populer terkait mudik seperti "mudik", "pemudik", "pulkam", dan lainnya. Setelah proses penyaringan data, 78.876 cuitan dianalisis menggunakan model kecerdasan buatan (AI) bernama BERT yang dilatih khusus untuk mendeteksi emosi dalam teks. Hasilnya menunjukkan bahwa ekspresi bahagia mendominasi, diikuti oleh kesedihan (24,23%), marah (10,26%), takut (6,24%), dan cinta (0,35%).

Dominasi Cuitan dari Kepolisian

Namun, temuan yang lebih mendalam menunjukkan bahwa cuitan-cuitan positif tersebut didominasi oleh akun-akun lembaga, terutama kepolisian. Frasa "polisi republik" dan "republik Indonesia" (yang merupakan bagian dari frasa "Polri") muncul dalam ribuan cuitan. Slogan Polri untuk mudik Lebaran 2025, "Mudik Aman, Keluarga Nyaman", juga mendominasi percakapan dengan emosi positif. Selain itu, frasa seperti "wujudkan nyaman" dan "aman nyaman" juga sering muncul.

Anomali Tren Tagar

Analisis tren tagar juga mengungkapkan anomali. Pada tanggal 21-23 Maret, penggunaan tagar terkait mudik sangat sedikit. Namun, pada tanggal 24 Maret, tagar #MudikNyamanRakyatSenang melonjak menjadi ribuan cuitan, diikuti oleh tagar #OperasiKetupat25. Lonjakan serupa juga terjadi pada tanggal 26 Maret dengan tagar seperti #SinergitasUntukBangsa dan #OperasiKetupatLebaran. Perubahan drastis dalam tren tagar ini menimbulkan kecurigaan adanya upaya terstruktur untuk mempromosikan narasi positif terkait mudik.

Pertanyaan tentang Percakapan Organik

Co-Director MDDRH, Ika Idris, menyoroti bahwa dominasi cuitan dari kepolisian dan penggunaan tagar yang terstruktur dapat menutupi percakapan organik dari masyarakat. Ia membandingkan jumlah cuitan dengan tagar yang dipromosikan oleh Polri dengan tagar lainnya yang hanya mencapai ratusan. Dominasi ini dapat memengaruhi algoritma platform X dan memberikan kesan yang tidak akurat tentang sentimen publik yang sebenarnya.

Meski demikian, Ika Idris mengakui bahwa percakapan organik yang menunjukkan kegembiraan dari warganet tetap ada. Warga mengapresiasi kebijakan pemerintah seperti diskon tarif tol, mudik gratis dari berbagai instansi, dan kesigapan swasta dalam menyediakan armada transportasi.

Riset ini memberikan gambaran yang kompleks tentang sentimen publik selama periode mudik Lebaran 2025. Meskipun mayoritas cuitan menunjukkan ekspresi bahagia, dominasi cuitan dari lembaga kepolisian dan anomali dalam tren tagar menimbulkan pertanyaan tentang orisinalitas dan representasi sentimen publik yang sebenarnya. Temuan ini menyoroti pentingnya analisis yang cermat dan kritis terhadap data media sosial, terutama dalam konteks isu-isu sensitif seperti mudik Lebaran.

Beberapa poin penting yang dapat diambil dari berita ini adalah:

  • Dominasi cuitan bahagia selama periode mudik Lebaran 2025.
  • Temuan bahwa cuitan-cuitan tersebut didominasi oleh akun-akun lembaga, terutama kepolisian.
  • Adanya anomali dalam tren tagar yang menunjukkan adanya upaya terstruktur untuk mempromosikan narasi positif.
  • Pertanyaan tentang orisinalitas dan representasi sentimen publik yang sebenarnya.
  • Pengakuan bahwa percakapan organik yang menunjukkan kegembiraan dari warganet tetap ada.