Polemik Naturalisasi Timnas Indonesia: Kritik Pelatih Bahrain Soroti Dominasi Pemain Keturunan Belanda

Kontroversi Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Mencuat Jelang Laga Kontra Bahrain

Jelang pertandingan krusial Kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Timnas Indonesia dan Bahrain, sorotan tajam datang dari pelatih Bahrain, Dragan Talajic. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Talajic secara terbuka mempertanyakan kebijakan naturalisasi Timnas Indonesia, khususnya terkait dominasi pemain berdarah Belanda. Pernyataan ini memicu perdebatan sengit di kalangan pecinta sepak bola tanah air, mempertanyakan efektivitas dan implikasi jangka panjang dari strategi naturalisasi.

Kritik Pedas Pelatih Bahrain

Talajic mengungkapkan keheranannya atas komposisi Timnas Indonesia yang terus-menerus diisi oleh pemain-pemain keturunan Belanda. "Saya sudah banyak menonton pertandingan Indonesia, setiap menonton saya melihat ada 2-3 pemain baru, tapi bukan dari Indonesia, mereka dari Belanda dan dari Inggris," ujarnya. Lebih lanjut, ia menyoroti fakta bahwa Indonesia dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa, masih mengandalkan pemain keturunan dari negara lain. Meskipun ia menyatakan menghormati Timnas Indonesia, kritiknya jelas menyiratkan keraguan terhadap kualitas pemain lokal dan keberlanjutan program naturalisasi.

Komposisi Timnas: Naturalisasi Mendominasi

Kritik Talajic bukan tanpa dasar. Data menunjukkan bahwa komposisi pemain naturalisasi di Timnas Indonesia memang mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dalam skuad yang dipersiapkan untuk menghadapi Bahrain, pemain naturalisasi mendominasi daftar pemain yang dipanggil.

Berikut adalah daftar pemain yang dipanggil:

  • Kiper: Maarten Paes, Ernando Ari, Emil Audero
  • Belakang: Jay Idzes, Justin Hubner, Rizky Ridho, Sandy Walsh, Calvin Verdonk, Kevin Diks, Dean James, Jordi Amat, Shayne Pattynama
  • Tengah: Thom Haye, Ivar Jenner, Marselino Ferdinan, Ricky Kambuaya, Nathan Tjoe-A-On, Joey Pelupessy, Eliano Reijnders
  • Depan: Ole Romeny, Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, Ramadhan Sananta

Dari daftar tersebut, terlihat jelas bahwa mayoritas pemain yang dipanggil adalah pemain naturalisasi atau pemain keturunan yang lahir dan besar di luar Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah Indonesia kekurangan talenta lokal yang mampu bersaing di level internasional?

Hubungan Historis Indonesia-Belanda

Tentu, tidak bisa dipungkiri bahwa hubungan antara Indonesia dan Belanda memiliki sejarah panjang dan kompleks. Penjajahan Belanda selama berabad-abad telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia, termasuk demografi dan budaya. Banyak orang Belanda yang menetap di Indonesia selama masa penjajahan, dan sebaliknya, banyak orang Indonesia yang melakukan perjalanan atau tinggal di Belanda.

Hal ini menyebabkan percampuran budaya dan keturunan, yang hingga kini masih terasa. Banyak pemain sepak bola keturunan Indonesia yang lahir dan besar di Belanda memiliki ikatan emosional dengan kedua negara. Mereka memiliki darah Indonesia dari orang tua atau kakek-nenek mereka, dan merasa terpanggil untuk membela Timnas Indonesia.

Maarten Paes, misalnya, memiliki darah Indonesia dari neneknya, Nel Appels-van Heyst, seorang perempuan keturunan Belanda yang lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur pada tahun 1940. Nel Appels-van Heyst merupakan Blijvers, yaitu orang Belanda yang menetap di Indonesia sebelum merdeka. Fakta ini menunjukkan bahwa ikatan antara Indonesia dan Belanda masih kuat, bahkan di era modern ini.

Syarat Menjadi WNI: Ius Sanguinis dan Naturalisasi

Untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), Indonesia menganut prinsip Ius Sanguinis, yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan orang tuanya. Jika salah satu atau kedua orang tua seseorang adalah WNI, maka orang tersebut berhak menjadi WNI, meskipun ia lahir di negara lain.

Selain itu, seseorang juga bisa menjadi WNI melalui jalur naturalisasi, yaitu pemberian kewarganegaraan kepada orang asing yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain:

  • Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah
  • Telah bertempat tinggal di Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut

Proses naturalisasi ini memungkinkan pemain sepak bola asing yang memiliki talenta dan keinginan untuk membela Timnas Indonesia untuk menjadi WNI.

Perdebatan Berlanjut: Efektivitas dan Implikasi Jangka Panjang

Kritik dari pelatih Bahrain, Dragan Talajic, kembali membuka perdebatan mengenai efektivitas dan implikasi jangka panjang dari program naturalisasi Timnas Indonesia. Apakah program ini benar-benar meningkatkan kualitas Timnas, atau hanya solusi instan yang mengabaikan pembinaan pemain muda lokal? Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang komprehensif dan evaluasi yang mendalam dari semua pihak terkait.

Terlepas dari kontroversi yang ada, Timnas Indonesia harus tetap fokus pada pertandingan melawan Bahrain. Dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan untuk memberikan semangat kepada para pemain, baik pemain naturalisasi maupun pemain lokal, agar dapat memberikan yang terbaik untuk Merah Putih.