Bapanas Dorong Kolaborasi Nasional untuk Mitigasi Limbah Pangan Selama Ramadhan

Bapanas Dorong Kolaborasi Nasional untuk Mitigasi Limbah Pangan Selama Ramadhan

Badan Pangan Nasional (Bapanas) kembali menyerukan gerakan nasional untuk menyelamatkan pangan, khususnya selama bulan Ramadhan 1446 H/2025 M. Seruan ini dilatarbelakangi oleh data yang mengkhawatirkan terkait tingginya angka susut dan sisa pangan (SSP) atau food loss and waste di Indonesia, yang diperparah dengan peningkatan konsumsi makanan selama bulan suci ini. Langkah ini merupakan bagian integral dari upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan mencegah pemborosan sumber daya yang berharga.

Plh. Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy, menekankan pentingnya sinergi antar berbagai pemangku kepentingan untuk menekan angka SSP. Ia menjelaskan bahwa pemerintah pusat dan daerah memegang peran krusial dalam mengkoordinasikan program, merumuskan kebijakan yang efektif, dan mensosialisasikan kampanye penyelamatan pangan secara luas. Lebih jauh, pemerintah juga diharapkan mampu memberikan contoh nyata bagi masyarakat melalui implementasi program-program intervensi yang terukur dan berkelanjutan. "Momentum Ramadhan ini sangat strategis untuk memperkuat komitmen bersama dalam mengurangi pemborosan pangan," tegas Sarwo dalam keterangan resminya pada Selasa (4/3/2025).

Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2021 menunjukkan angka SSP di Indonesia mencapai angka yang signifikan, yaitu antara 23 hingga 48 juta ton. Situasi ini diperburuk dengan temuan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2024 yang menunjukkan peningkatan sampah makanan antara 10 hingga 20 persen selama bulan Ramadhan. Angka-angka ini menjadi bukti nyata urgensi gerakan penyelamatan pangan yang digagas Bapanas sejak tahun 2022 dan terus digencarkan hingga kini.

Direktur Kewaspadaan Pangan Bapanas, Nita Yulianis, menambahkan bahwa bulan Ramadhan menjadi momentum ideal untuk memperluas sosialisasi gerakan ini. Strategi yang diusung melibatkan tokoh agama dan komunitas masyarakat untuk mengkampanyekan efisiensi konsumsi pangan serta menggalakkan aksi berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan. Ia juga menjelaskan keberhasilan program "Ramadan Ceria Pangan" di tahun 2023 yang menyasar generasi muda, terutama pelajar, baik di tingkat pusat maupun daerah. "Untuk Ramadhan tahun ini, kami kembali mengajak pemerintah daerah untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam program Ramadan Ceria Pangan," imbuh Nita.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mengkampanyekan upaya penyelamatan pangan dengan fokus pada pengurangan SSP. Sinergi dan kolaborasi antar berbagai pihak, termasuk swasta dan masyarakat, dianggap kunci keberhasilan program ini. "Kita semua harus berkomitmen untuk menghentikan pemborosan pangan demi terwujudnya ketahanan pangan yang berkelanjutan," tegas Arief.

Gerakan ini tidak hanya sekadar kampanye, tetapi juga memerlukan strategi yang komprehensif. Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam upaya menyelamatkan pangan:

  • Edukasi dan Sosialisasi: Kampanye edukasi yang massif dan tertarget kepada berbagai segmen masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengurangi limbah pangan.
  • Pengembangan Infrastruktur: Peningkatan infrastruktur penyimpanan dan distribusi pangan dapat membantu mengurangi kehilangan pangan selama proses pascapanen.
  • Inovasi Teknologi: Penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pangan dapat memperpanjang masa simpan dan mengurangi pemborosan.
  • Regulasi yang Komprehensif: Peraturan yang jelas dan tegas terkait pengelolaan limbah pangan dibutuhkan untuk mendukung keberlangsungan program.
  • Kolaborasi Antar Sektor: Kerja sama yang erat antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sangat penting untuk kesuksesan program ini.

Dengan sinergi dan komitmen semua pihak, diharapkan gerakan penyelamatan pangan ini mampu memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi angka SSP dan memperkuat ketahanan pangan Indonesia.