Sentimen Pasar: IHSG Tertekan, Rupiah Melemah, Nasionalisme Investor Domestik Diuji
Kondisi pasar modal Indonesia tengah menghadapi tantangan berat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah. Situasi ini memicu perdebatan mengenai faktor-faktor penyebab dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menstabilkan pasar.
Kilas Balik Krisis 1997-1998: Pelajaran Berharga
Melemahnya Rupiah saat ini mengingatkan kita pada krisis moneter 1997-1998, di mana Rupiah terdepresiasi tajam terhadap USD. Pemerintah saat itu menyerukan "Gerakan Cinta Rupiah" untuk membangkitkan sentimen positif terhadap mata uang lokal. Saat itu, kepanikan melanda masyarakat. Semua orang berbondong-bondong menukarkan Rupiah ke Dollar Amerika Serikat. Rush Money terjadi di mana-mana, sehingga bank mengalami masalah likuiditas akut. Untuk mengatasi masalah Rush Money perbankan mengeluarkan produk perbankan berupa tabungan dalam satuan dollar AS. Saat itu semua bank mempunyai produk tabungan dalam satuan dollar AS. Indonesia ketika itu masih sangat tergantung dengan impor dan utang pemerintah dalam bentuk dollar AS, juga mendominasi komposisi utang pemerintah. Neraca perdagangan pada posisi Desember 1997 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dollar AS. Defisit neraca perdagangan pada 1997 ditekan oleh tingginya impor dan menurunnya ekspor sebagai dampak penurunan produksi nasional (resesi).
Utang pemerintah mencapai 61,74 persen dari produk domestik bruto (PDB) yang hampir seluruhnya dalam bentuk pinjaman luar negeri dengan satuan dollar AS. Pinjaman luar negeri di saat dollar AS menguat dan rupiah tertekan, semakin memperburuk posisi fiskal pemerintah.
Kondisi saat ini berbeda dengan tahun 1997-1998. Fundamental ekonomi Indonesia saat ini lebih kuat. Per November 2024, utang pemerintah hanya sebesar 39,2 persen dari PDB dan mayoritas berupa utang SBN domestik dalam satuan rupiah. Tahun 2024, neraca perdagangan ditutup pada posisi surplus sebesar 31,04 miliar dollar AS. Kondisi fiskal masih optimistis menghadapi kondisi geopolitik yang cukup menantang di tengah-tengah kebijakan proteksi pada hampir semua negara dan godaan menggiurkan bagi investor dengan adanya tingginya suku bunga The Fed dan indeks saham Amerika Serikat yang meningkat.
Sentimen Negatif Investor Asing dan Arah Kebijakan Pemerintah
Salah satu faktor utama yang memicu pelemahan IHSG dan Rupiah adalah sentimen negatif dari investor asing terhadap kebijakan ekonomi pemerintah. Investor asing bereaksi dengan menjual saham-saham yang mereka miliki di pasar modal Indonesia dan mengalihkan dana mereka ke negara lain, terutama Amerika Serikat. Setelah Trading Halt yang terjadi di BEI, terlihat bahwa saham-saham di bursa saham Amerika Serikat meningkat. Pada 24 Maret 2025, indeks S&P 500 meningkat 1,76 persen, Nasdaq Composite Index meningkat 2,27 persen, dan Dow Jones meningkat 1,42 persen. Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai efektivitas kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas pasar modal dan menarik investasi asing.
Pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang berpotensi memicu sentimen negatif investor asing. Jika pemerintah ingin tetap mempertahankan kebijakannya, maka pemerintah harus fokus mendorong investor domestik meramaikan bursa efek Indonesia. Gerakan borong saham domestik merupakan salah satu terobosan yang bisa dilakukan pemerintah dengan menghimbau investor dalam negeri (domestik) untuk kembali pada semangat nasionalismenya untuk mengutamakan saham-saham domestik. Saat IHSG dan sejumlah saham blue chip mengalami anjlok, menjadi saat yang tepat bagi investor domestik mengambil alih saham domestik yang ditinggalkan investor asing.
Urgensi Nasionalisme Investor Domestik
Dalam situasi seperti ini, peran investor domestik menjadi semakin penting. Pemerintah perlu mendorong investor domestik untuk meningkatkan partisipasi mereka di pasar modal dan menunjukkan dukungan terhadap perekonomian nasional. Semangat nasionalisme investor domestik dapat menjadi kunci untuk menstabilkan pasar modal dan mengurangi ketergantungan pada investasi asing.
Presiden tidak bisa berlepas tangan pada kejatuhan saham domestik karena aksi capital outflow investor asing. Jatuhnya IHSG berdampak pada turunnya nilai rupiah terhadap dollar AS. Rupiah telah menembus nilai Rp 16.500 per dollar AS. Aksi jual saham domestik oleh investor asing, diikuti pembelian dollar AS dengan rupiah, sehingga nilai dollar AS menguat terhadap rupiah.
Sepertinya investor domestik yang spekulatif (spekulan) juga ikut meramaikan aksi jual saham domestik dan ramai-ramai membeli dollar AS. Investor asing dan para spekulan ramai-ramai membeli saham di berbagai bursa saham Amerika Serikat. Sehingga pasca-trading halt BEI, berbagai indeks saham di Amerika Serikat meningkat atau menghijau. Dampak tingginya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah juga akan berdampak pada beban fiskal pemerintah.
Tantangan dan Pilihan ke Depan
Utang pemerintah dalam bentuk dollar AS harus menjadi perhatian pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah diminta tidak meremehkan kejatuhan IHSG dan melemahnya rupiah sebagai dampak ikutan kejatuhan IHSG. Pemerintah secara gentlemen mengeluarkan himbauan gerakan borong saham domestik dan gerakan cinta rupiah kembali. Masyarakat khususnya investor domestik juga diuji seberapa besar jiwa nasionalismenya. Apakah tergiur dengan iming-iming suku bunga The Fed, yang memotivasi pemilik modal memilih dollar AS daripada mata uang domestik? Apakah tergiur dengan iming-iming menghijaunya saham-saham di Amerika Serikat? Ataukah lebih memilih saham domestik dan rupiah sebagai pengabdian pada negara tercinta? Semua pihak, termasuk pemerintah, investor, dan masyarakat, memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Pilihan yang diambil saat ini akan menentukan arah perekonomian Indonesia di masa depan.
-
Rekomendasi Kebijakan:
- Pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan yang memicu sentimen negatif investor asing.
- Pemerintah perlu mendorong investor domestik untuk meningkatkan partisipasi di pasar modal.
- Pemerintah perlu menjaga stabilitas fundamental ekonomi dan iklim investasi yang kondusif.
-
Peran Investor Domestik:
- Investor domestik perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya investasi di pasar modal Indonesia.
- Investor domestik perlu menunjukkan dukungan terhadap perekonomian nasional dengan membeli saham-saham perusahaan lokal.
- Investor domestik perlu berinvestasi secara cerdas danDiversifikasi portofolio investasi untuk mengurangi risiko.