Lemang Wak Saleh: Warisan Kuliner Ramadhan yang Terjaga Hingga Generasi Kedua
Lemang Wak Saleh: Legenda Rasa yang Berlanjut
Di tengah hiruk pikuk aktivitas Ramadhan di Kota Lhokseumawe, Aceh, sebuah cita rasa turun temurun tetap setia menemani warga setempat. Lemang Wak Saleh, kuliner legendaris yang telah menggoyang lidah penikmatnya sejak tahun 1968, kini hadir kembali, diwariskan dengan teguh oleh generasi penerusnya. Di Jalan Merdeka, tepatnya di depan Kantor Imigrasi Kota Lhokseumawe, antrean pembeli memadati gerai sederhana milik Ridwan, putra almarhum Wak Saleh, sang pencetus resep lemang yang melegenda ini. Spanduk bertuliskan "Bang Wan Putra Almarhum Wak Saleh" terpampang jelas, menjadi jaminan otentisitas resep warisan yang tetap terjaga kualitasnya.
Generasi kedua keluarga Wak Saleh, termasuk Marzuki dan Ridwan, menjaga tradisi dan resep lemang ini dengan penuh dedikasi. Proses pembuatan lemang yang rumit dan membutuhkan kesabaran tinggi tetap dijalankan dengan penuh kehati-hatian. Dari pemilihan bambu berukuran 80 sentimeter hingga 1 meter, pelapis daun pisang muda, hingga pengisian beras ketan dan santan, semua dilakukan dengan teknik yang telah diwariskan turun-temurun. Proses pemanggangan pun membutuhkan keahlian khusus untuk menjaga agar api tetap stabil dan ketan matang sempurna. Setiap harinya, keluarga ini mampu memproduksi hingga 600 batang lemang, sebuah bukti kerja keras dan dedikasi dalam menjaga warisan kuliner ini.
Rahasia kelezatan Lemang Wak Saleh terletak pada konsistensi rasa yang tetap terjaga hingga kini. Kelembutan tekstur ketan, paduan rasa santan yang pas, serta selai sarikaya yang gurih menjadi paduan sempurna yang menggoyang lidah. Tidak heran jika para pembeli setia, seperti Muammar Albayuni, tetap mempercayai cita rasa Lemang Wak Saleh meskipun telah berpindah generasi. Muammar menyatakan, "Padahal sudah di tangan generasi kedua, tetapi kami masih percaya cita rasanya sama. Itu kelebihan almarhum Wak Saleh mampu meneruskan resep ke garis keturunannya." Hal ini menjadi bukti nyata keberhasilan penerus Wak Saleh dalam menjaga kualitas dan cita rasa warisan kuliner keluarga.
Lebih dari sekadar bisnis, Lemang Wak Saleh adalah sebuah kisah tentang keluarga, tradisi, dan warisan kuliner yang patut diapresiasi. Dengan harga jual yang terjangkau, mulai dari Rp 5.000 per potong (ukuran sejengkal tangan pria dewasa, termasuk selai sarikaya), Lemang Wak Saleh menjadi suguhan berbuka puasa yang istimewa dan terjangkau bagi warga Lhokseumawe. Bagi Anda yang berkunjung ke Lhokseumawe selama bulan Ramadhan, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi Lemang Wak Saleh. Carilah spanduk yang bertuliskan keturunan Wak Saleh—dan nikmatilah cita rasa yang telah bertahan selama puluhan tahun.
Proses Pembuatan Lemang: * Pemilihan bambu berukuran 80-100 cm. * Pelapisan bambu dengan daun pisang muda. * Pengisian beras ketan dan santan ke dalam bambu. * Pemanggangan dengan pengaturan api yang stabil.