Berkah Mudik: Kisah Inspiratif Hj. Mai, Pedagang Dadakan Gilimanuk yang Mengutamakan Empati
Berkah Mudik: Kisah Inspiratif Hj. Mai, Pedagang Dadakan Gilimanuk yang Mengutamakan Empati
Di tengah hiruk pikuk arus mudik Lebaran 2025, sebuah kisah inspiratif datang dari Gilimanuk, Jembrana, Bali. Siti Maimunah, seorang wanita berusia 60 tahun yang akrab disapa Hj. Mai, mengubah rumahnya di Jalan Sadar Gang 2 menjadi oase bagi para pemudik yang kelelahan.
Rumah Hj. Mai menjadi tempat persinggahan sementara bagi para pemudik yang terjebak antrean panjang menuju Pelabuhan Gilimanuk. Dengan memanfaatkan momen tahunan ini, Hj. Mai membuka usaha dadakan dengan menjual berbagai kebutuhan pemudik, mulai dari makanan ringan, minuman dingin, kopi, hingga nasi.
"Saya jualan makanan ringan, minuman dingin, kopi, dan nasi," ujar Hj. Mai dengan senyum ramahnya.
Usaha dadakan ini ternyata membawa berkah tersendiri bagi Hj. Mai. Sejak Sabtu malam (22/3/2025), saat kendaraan pemudik mulai memadati jalanan kampung sebagai jalur alternatif menuju pelabuhan, omzet Hj. Mai melonjak drastis. Ia mengaku bisa meraup hingga Rp 1 juta setiap harinya.
"Dalam sehari bisa sampai 1 juta, untuk tabungan bekal hari tua," ungkapnya.
Produk yang paling laris manis diburu pemudik adalah nasi, minuman dingin, dan aneka camilan seperti tahu walik, tahu berontak, serta jajanan pasar seperti kue lanun. Menariknya, Hj. Mai tidak memproduksi sendiri semua dagangannya. Ia memilih untuk bekerja sama dengan tetangga, membeli dagangan mereka, dan menjualnya kembali.
"Tidak masak sendiri, bagi-bagi rejeki dengan tetangga yang tidak kerja. Semua saya ngambil (dari tetangga) untuk bagi-bagi rezeki biar sama-sama makan," jelasnya dengan tulus.
Yang membuat kisah Hj. Mai semakin istimewa adalah prinsipnya dalam berdagang. Di tengah kesempatan meraih keuntungan besar, ia tetap memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan. Hj. Mai tidak mematok harga tinggi untuk para pemudik. Bahkan, ia menyediakan berbagai fasilitas secara gratis, seperti air minum galon, toilet, dan air untuk mandi.
"Kita cari uang tapi jangan keterlaluan, jangan menindas pemudik. Kasihan, orang kerja kok terlalu diperas. Saya tidak mau, mati tidak bawa harta tapi bawa amal," tegas Hj. Mai dengan penuh empati.
Usaha dadakan Hj. Mai diperkirakan akan berakhir pada Jumat (28/3/2025), sebagai persiapan untuk menghormati umat Hindu yang akan merayakan Hari Raya Nyepi. Ia pun tak lupa memberikan pesan kepada para pemudik untuk selalu bersabar dan beristirahat jika lelah dalam perjalanan.
"Mudah-mudahan selamat sampai tujuan. Mudah-mudahan tahun depan kita ketemu lagi," harapnya dengan senyum yang tak pernah pudar.
Kisah Hj. Mai menjadi contoh nyata bahwa mencari rezeki tidak harus dengan menghalalkan segala cara. Dengan mengutamakan empati dan berbagi, rezeki yang didapatkan akan terasa lebih berkah dan membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain.