Dakwah Lintas Benua: Pemuda Bugis Mengemban Amanah Imam di Kampung Halaman Joe Biden
Abdul Rasul Amin: Dari Makassar ke Mimbar Scranton
Kisah inspiratif datang dari seorang pemuda Bugis bernama Abdul Rasul Amin, yang kini mengabdikan dirinya sebagai imam masjid di Islamic Center of Scranton, Pennsylvania, Amerika Serikat. Scranton sendiri dikenal sebagai kampung halaman Presiden AS, Joe Biden. Perjalanan Rasul, sapaan akrabnya, menuju mimbar di negeri Paman Sam ini tidaklah mudah, penuh dengan tantangan bahasa dan perbedaan budaya, namun dipenuhi dengan semangat dakwah yang membara.
Rasul, kelahiran Makassar pada 6 Mei 2000, tak pernah menyangka akan mendapat tawaran untuk menjadi imam masjid di Amerika Serikat. Awalnya, ia merasa ragu karena keterbatasan kemampuan berbahasa Inggris. Namun, dorongan dari seorang teman dan keyakinan akan panggilan dakwah, memantapkan hatinya untuk menerima amanah tersebut.
Awal Mula Tawaran Tak Terduga
Kisah ini bermula ketika Rasul sedang terlibat dalam proyek sosial membantu seorang nenek di Depok. Saat menunggu di rumah sakit, ia menerima pesan singkat yang mengubah jalan hidupnya. Seseorang menawarkan posisi imam masjid di Amerika Serikat kepadanya. Tawaran itu datang secara tiba-tiba dan membuatnya terkejut.
"Awalnya saya punya project sosial membantu nenek sebatang kara di Depok. Kami bawa nenek itu ke rumah sakit, sambil menunggu, tiba-tiba ada yang mengirim pesan, 'Kamu mau nggak gantiin aku jadi imam di Amerika akhir Juni nanti'?" kenang Rasul.
Keraguan sempat menghantui Rasul. Selain masalah bahasa, ia juga merasa belum terlalu mengenal orang yang menawarkan posisi tersebut. Namun, setelah berdiskusi dengan seorang teman, ia memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Persiapan pun dimulai.
Perjuangan Mendapatkan Visa dan Adaptasi di Negeri Orang
Perjalanan ke Amerika Serikat bukanlah perkara mudah. Rasul harus mengurus visa yang memerlukan biaya sekitar Rp 50 juta. Proses adaptasi di lingkungan baru juga menjadi tantangan tersendiri. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi kendala utama.
"Adaptasinya luar biasa perlu perjuangan, apalagi aku nggak bisa komunikasi pakai bahasa Inggris," ujarnya.
Untuk mengatasi kendala bahasa, Rasul memanfaatkan waktu setiap Kamis dan Jumat untuk belajar intensif. Pasalnya, di hari Jumat, ia harus menyampaikan khutbah selama 30 menit di hadapan jemaah yang mayoritas adalah orang asing.
"Kalau sudah masuk hari kamis, saya sudah persiapkan konsepnya, lalu saya terjemahkan ke bahasa Inggris, saya baca satu per satu setiap katanya. Itu berjuang banget," jelasnya.
Proses adaptasi ini memakan waktu sekitar 4 bulan. Selama itu, Rasul terus belajar dan berusaha memahami budaya serta kebiasaan masyarakat Amerika Serikat.
Dari Masjid Indonesia ke Islamic Center of Scranton
Tahun pertama di Amerika Serikat, Rasul bertugas di Masjid Al-Falah, Philadelphia, sebuah masjid Indonesia. Di sana, ia merasa lebih nyaman karena lingkungan yang familiar dengan budaya Indonesia. Namun, tantangan yang lebih besar datang di tahun kedua dan ketiga, ketika ia dipercaya menjadi imam di Islamic Center of Scranton. Di masjid ini, 98 persen jemaahnya adalah orang asing.
"Bahasa Inggris saya terasah di situ karena mau tidak mau harus berbahasa Inggris," kata Rasul.
Pengalaman menjadi imam di Islamic Center of Scranton memberikan pengalaman berharga bagi Rasul. Ia belajar untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Ia juga belajar untuk menyampaikan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua orang.
Cinta Tanah Air dan Mimpi Kembali ke Makassar
Meski betah dengan lingkungan di Amerika Serikat, Rasul tidak berniat untuk tinggal lama di sana. Ia memiliki cita-cita besar untuk sukses di Indonesia, khususnya di tanah kelahirannya, Makassar. Ia ingin memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia dan membuktikan bahwa pemuda Bugis juga bisa meraih kesuksesan di kancah internasional.
"Betah tapi tidak mau tinggal di sini. Saya punya cita-cita besar mau sukses di Indonesia, di tanah Makassar," pungkas Rasul.
Kisah Abdul Rasul Amin adalah inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Ia membuktikan bahwa dengan kerja keras, semangat pantang menyerah, dan keyakinan pada diri sendiri, mimpi setinggi apapun bisa diraih. Kisah dakwahnya di Amerika Serikat menjadi bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang universal dan bisa diterima di seluruh penjuru dunia.