Polwan Jakarta Selatan Berikan Trauma Healing kepada Anak-Anak Korban Banjir Pancoran
Polwan Jakarta Selatan Berikan Trauma Healing kepada Anak-Anak Korban Banjir Pancoran
Dalam upaya meringankan beban dan memulihkan trauma anak-anak yang menjadi korban banjir bandang di wilayah Pancoran, Jakarta Selatan, personel Polwan dari Polres Metro Jakarta Selatan mengelar kegiatan trauma healing. Kegiatan yang dilaksanakan di posko pengungsian GOR Pengadegan, Kecamatan Pancoran, ini diikuti oleh sekitar 25 anak-anak yang terdampak bencana banjir yang melanda kawasan tersebut pada awal Maret 2025. Inisiatif ini merupakan bentuk kepedulian Polri terhadap kondisi psikis anak-anak pasca bencana alam yang seringkali luput dari perhatian.
Kapolsek Pancoran, Kompol Sujarwo, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan trauma healing ini adalah untuk membantu memulihkan mental dan mengatasi trauma yang dialami anak-anak akibat peristiwa banjir yang traumatis. Dengan pendekatan yang ramah dan menyenangkan, para Polwan mengajak anak-anak bermain berbagai permainan edukatif dan menghibur. Selain bermain, anak-anak juga mendapatkan bantuan berupa mainan dan kebutuhan lainnya sebagai bentuk dukungan dan empati dari pihak kepolisian. Inisiatif ini dinilai efektif untuk membantu anak-anak mengekspresikan emosi dan pengalaman traumatik mereka dalam lingkungan yang aman dan terkontrol, sehingga diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan.
Banjir Terparah dalam Beberapa Tahun Terakhir
Banjir yang melanda Kelurahan Pengadegan dan Kampung Rawajati, Pancoran, dilaporkan sebagai banjir terparah dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah warga, termasuk Ibu Eva (43), mengatakan bahwa intensitas dan ketinggian air jauh melampaui banjir-banjir sebelumnya, bahkan dibandingkan dengan banjir besar tahun 2007 dan 2012. Ibu Eva yang mengungsi di RT4/RW7, Rawajati, menceritakan pengalaman mencekamnya saat air bah datang dengan derasnya setelah hujan lebat yang berlangsung sepanjang malam hingga subuh. Ia bersyukur dapat menyelamatkan anaknya yang masih kecil dari bahaya hanyut terbawa arus banjir. Pengalaman Ibu Eva dan beberapa warga lainnya menunjukkan betapa dahsyatnya dampak banjir kali ini dan menunjukkan perlunya kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi potensi bencana serupa di masa mendatang.
Siklus Banjir dan Antisipasi ke Depan
Warga setempat menduga bahwa banjir tersebut merupakan siklus banjir besar yang terjadi setiap lima tahunan. Meskipun tahun sebelumnya terbebas dari banjir besar, namun tahun ini bencana kembali melanda. Hal ini menjadi sorotan penting terkait antisipasi dan mitigasi bencana banjir di Jakarta. Perlu kajian dan evaluasi menyeluruh untuk mengidentifikasi faktor penyebab banjir, termasuk pengelolaan tata air, sistem drainase, dan perubahan iklim. Selain itu, perlu ditingkatkan pula edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, termasuk bagaimana melindungi diri dan keluarga dari bahaya banjir.
Kegiatan Polwan Polres Metro Jakarta Selatan ini patut diapresiasi sebagai langkah konkret dalam memberikan dukungan psikososial kepada korban bencana. Namun, upaya pemulihan trauma perlu berkesinambungan, melibatkan berbagai pihak, dan dipadukan dengan langkah-langkah pencegahan dan mitigasi bencana yang komprehensif untuk jangka panjang.