Kekecewaan Driver Ojol: Potongan Aplikasi Tinggi dan THR Tidak Layak, Aksi Protes Mengancam Pasca Lebaran
Gelombang Kekecewaan Melanda Driver Ojek Online di Indonesia
Kondisi memprihatinkan dialami oleh para pengemudi ojek online (ojol) di Indonesia, memicu gelombang kekecewaan yang mendalam. Keluhan utama berkisar pada dua isu krusial: besaran potongan aplikasi yang signifikan dan nominal Bantuan Hari Raya (BHR) yang jauh dari harapan.
Potongan Aplikasi Mencapai 50%: Beban Berat di Pundak Pengemudi
Raden Igun Wicaksono, Ketua Umum Garda Indonesia, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas besaran potongan aplikasi yang mencapai hampir 50% dari setiap orderan. Menurutnya, kontribusi pengemudi ojol terhadap pendapatan perusahaan aplikasi sangat besar, bahkan bisa mencapai Rp 60 juta per tahun per pengemudi. Dengan kontribusi sebesar itu, pemberian BHR sebesar Rp 50 ribu dianggap sebagai bentuk perbudakan.
- Potongan aplikasi yang tinggi mengurangi pendapatan bersih pengemudi secara signifikan.
- Kontribusi pengemudi yang besar tidak sebanding dengan benefit yang diterima.
- Situasi ini memicu rasa ketidakadilan dan eksploitasi di kalangan pengemudi.
THR Tidak Layak: Prabowo pun Tertipu
Kekecewaan semakin menjadi-jadi dengan nominal BHR yang diterima mayoritas pengemudi, yaitu Rp 50 ribu. Padahal, Presiden Prabowo Subianto mengharapkan nominal BHR yang diberikan kepada mitra pengemudi tidak kurang dari Rp 1 juta. Faktanya, nominal tertinggi pun tidak mencapai angka tersebut, dan kebanyakan hanya menerima nominal minimal.
Igun Wicaksono mengecam keras aplikator yang dianggap telah melakukan penipuan terhadap Presiden RI, membangkang Menteri Ketenagakerjaan RI, dan membohongi seluruh pengemudi ojol di Indonesia. Tindakan ini dinilai hanya untuk menjaga citra baik perusahaan di mata pemerintah.
Tuntutan dan Ancaman Aksi Protes Pasca Lebaran
Melihat kondisi yang semakin memburuk, para pengemudi ojol bersama asosiasi Garda Indonesia berencana menggelar aksi besar-besaran di Jakarta setelah Lebaran. Tuntutan utama mereka meliputi:
- Legalitas Hukum: Pengakuan hukum yang jelas bagi profesi pengemudi ojol.
- Revisi Potongan Aplikasi: Pengurangan besaran potongan aplikasi yang dianggap memberatkan.
- Penghapusan Skema Aceng-Slot: Penghapusan skema yang dinilai merugikan pengemudi.
Aksi ini merupakan bentuk protes atas ketidakadilan yang dirasakan dan harapan agar pemerintah dan perusahaan aplikasi lebih memperhatikan kesejahteraan para pengemudi ojol yang menjadi tulang punggung transportasi online di Indonesia.