Berkah Ramadan: Sentra Ketupat Blok Kupat Bandung Panen Rezeki Musiman

Berkah Ramadan: Sentra Ketupat Blok Kupat Bandung Panen Rezeki Musiman

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, kawasan Blok Kupat di Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, berubah menjadi pusat aktivitas yang menggeliat. Aroma khas janur kuning, atau daun kelapa muda, menguar di setiap sudutnya, menandakan dimulainya musim panen bagi para perajin cangkang ketupat. Bagi mereka, Ramadan bukan hanya bulan penuh berkah rohani, tetapi juga berkah ekonomi yang membawa rezeki tahunan.

Tradisi membuat cangkang ketupat di Blok Kupat telah diwariskan secara turun-temurun. Keahlian ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat setempat. Salah satu sosok yang setia menjaga tradisi ini adalah Mak Iim, seorang perajin cangkang ketupat yang telah menekuni profesi ini selama puluhan tahun. Di rumahnya yang sederhana, Mak Iim dengan cekatan merajut janur kuning menjadi cangkang-cangkang ketupat yang rapi dan indah.

"Kalau sudah masuk Ramadan, rumah saya penuh janur," ujar Mak Iim, sambil tangannya terus bergerak lincah menganyam daun kelapa muda. "Sehari itu bisa 2.000 ketupat yang saya bikin."

Ramadan adalah musim puncak bagi para perajin ketupat seperti Mak Iim. Permintaan akan cangkang ketupat meningkat pesat seiring dengan semakin dekatnya Hari Raya Idul Fitri. Hidangan ketupat yang dimasak dengan berbagai macam gulai dan opor menjadi menu wajib di setiap rumah tangga saat Lebaran.

Mak Iim memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan pendapatannya. Ia tidak hanya menjadi buruh upahan, tetapi juga menjual hasil kerajinannya sendiri kepada pelanggan tetap.

"Jadi buruh dibayar Rp10 ribu per 100 cangkang, lumayan buat beli takjil," katanya. "Tapi saya bikin sendiri juga dijual ke orang yang langganan."

Untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, Mak Iim membutuhkan sekitar 4 ikat janur kuning yang dibelinya seharga Rp150 ribu per ikatnya. Dari hasil membuat dan menjual cangkang ketupat, Mak Iim dapat memperoleh penghasilan tambahan yang cukup signifikan.

"Penghasilan menjelang lebaran bisa sampai jutaan," ujarnya. "Lumayan setahun dua kali, selain Idul Fitri, Idul Adha juga kita bikin."

Keahlian membuat cangkang ketupat telah menjadi bagian dari kehidupan Mak Iim sejak kecil. Ia belajar dari orang tuanya dan kini mewariskan tradisi ini kepada generasi muda di Blok Kupat. Baginya, membuat ketupat bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga sebuah warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

"Dari kecil, dari umur 7 tahun waktu keluarga masih ada," kenangnya. "Tradisi turun temurun dari orang tua, dari umur 7 tahun udah bisa bikin kupat."

Sentra ketupat di Blok Kupat tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi para perajin, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang unik. Banyak orang datang ke tempat ini untuk melihat langsung proses pembuatan ketupat dan membeli oleh-oleh khas Lebaran. Keberadaan sentra ketupat juga membantu melestarikan tradisi kuliner Indonesia dan memperkuat identitas budaya masyarakat Bandung.

Selain Mak Iim, masih banyak perajin ketupat lainnya di Blok Kupat yang turut merasakan berkah Ramadan. Mereka bekerja keras setiap hari untuk memenuhi permintaan pasar dan menjaga tradisi membuat ketupat tetap hidup. Dengan semangat gotong royong dan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun, mereka terus menganyam rezeki dan melestarikan warisan budaya di tengah modernitas.

  • Tradisi pembuatan ketupat di Blok Kupat
  • Peningkatan permintaan ketupat saat Ramadan
  • Peran perajin dalam melestarikan tradisi kuliner