Silang Pendapat Study Tour: Antara Larangan, Izin Bersyarat, dan Tinjauan DPR
Polemik Study Tour: Sebuah Tinjauan Komprehensif
Isu study tour kembali mencuat ke permukaan, memicu perdebatan sengit antara pemangku kebijakan pendidikan. Di satu sisi, terdapat kekhawatiran mengenai beban finansial yang ditanggung orang tua serta potensi komersialisasi kegiatan tersebut. Di sisi lain, study tour dipandang sebagai sarana efektif untuk memperluas wawasan siswa melalui pengalaman langsung.
Perbedaan Pendapat dari Petinggi Pendidikan
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, secara tegas melarang kegiatan study tour bagi siswa SMA dan sederajat di wilayahnya. Menurutnya, study tour yang ada saat ini lebih cenderung sebagai ajang rekreasi semata, alih-alih memiliki nilai edukatif yang signifikan. Dedi menekankan pentingnya fokus pada substansi pendidikan yang esensial, bukan sekadar perjalanan tanpa tujuan yang jelas.
"Saya ingin memastikan bahwa pendidikan di Jawa Barat benar-benar berfokus pada substansi, bukan sekadar perjalanan tanpa esensi. Jika ada kepala sekolah yang tetap bersikeras mengadakan study tour, silakan berhadapan langsung dengan saya," tegas Dedi.
Dedi juga menyoroti dampak finansial study tour terhadap orang tua siswa. Ia tidak ingin melihat siswa melakukan piknik dengan biaya yang membebani orang tua.
Berbeda dengan Dedi Mulyadi, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, memberikan lampu hijau untuk penyelenggaraan study tour, dengan catatan bahwa pihak sekolah harus memastikan aspek keamanan dan manfaat edukatifnya terpenuhi. Mu'ti menekankan pentingnya pengecekan kelayakan kendaraan dan kualitas pengemudi sebelum perjalanan dimulai.
"Tolonglah dipastikan betul, terutama terkait mitra transportasinya, karena banyak kecelakaan terjadi akibat kendaraan yang tidak layak," ujar Mu’ti.
Mu'ti berpendapat bahwa study tour dapat menjadi bagian integral dari kurikulum yang memberikan pengalaman belajar di luar kelas, asalkan dirancang dengan baik dan tidak memberatkan orang tua.
Suara dari Dewan Perwakilan Rakyat
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifuddin, turut angkat bicara mengenai polemik study tour ini. Ia mengakui bahwa kegiatan ini memiliki manfaat besar dalam meningkatkan pengalaman siswa, terutama dalam konteks pembelajaran berbasis pengalaman.
"Karena kalau kita itu sekarang menggunakan kurikulum yang berbasis pada pengalaman anak, ya. Jadi bukan hanya satu arah guru mengajarkan. Sebetulnya pengalaman melalui melihat, merasakan, berkunjung, itu tidak kalah pentingnya dan lebih mengena atau berkesan," kata Hetifah.
Namun, Hetifah juga mengingatkan bahwa study tour harus direncanakan dengan matang agar tidak membebani orang tua. Ia menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan dana, termasuk kemungkinan pemanfaatan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara efisien.
"Jadi maksudnya studytour ini bukan sesuatu yang selalu jelek. Hanya problemnya konsekuensi logisnya itu jangan menjadi paksaan. Kalau bisa memang dibuat menjadi bagian dari pembelajaran dan tidak memberatkan orangtua," ujarnya.
Beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan dalam penyelenggaraan study tour:
- Keamanan: Prioritaskan keselamatan siswa dengan memilih mitra transportasi yang terpercaya dan memastikan kondisi kendaraan layak.
- Manfaat Edukatif: Rancang study tour dengan tujuan pembelajaran yang jelas dan terintegrasi dengan kurikulum.
- Transparansi: Kelola dana study tour secara transparan dan akuntabel, serta pertimbangkan pemanfaatan dana BOS.
- Keterjangkauan: Pastikan biaya study tour terjangkau bagi seluruh siswa, dan hindari pemaksaan bagi siswa yang tidak mampu.
Kesimpulan
Polemimik study tour ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara manfaat pendidikan dan dampak finansial. Diperlukan regulasi yang jelas dan pengawasan yang ketat agar study tour benar-benar memberikan nilai tambah bagi siswa tanpa memberatkan orang tua. Dialog antara pihak sekolah, orang tua, dan pemerintah sangat penting untuk mencapai solusi yang terbaik.