Evaluasi Kinerja Atlet Pelatnas PBSI Diperketat: Degradasi Bisa Dilakukan Lebih Cepat

PBSI Perketat Evaluasi Atlet: Degradasi Lebih Cepat Jika Performa Buruk

Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menerapkan kebijakan baru terkait promosi dan degradasi atlet di pemusatan latihan nasional (Pelatnas). Tidak lagi terpaku pada evaluasi periodik setiap enam bulan atau setahun sekali, PBSI kini dapat mengambil tindakan lebih cepat terhadap atlet yang performanya tidak memenuhi standar.

Wakil Ketua Umum I PBSI, Taufik Hidayat, mengungkapkan perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembinaan dan memaksimalkan potensi atlet yang berada di Pelatnas Cipayung. Menurutnya, fasilitas dan dukungan yang diberikan kepada atlet Pelatnas seharusnya mampu mendorong mereka untuk meraih prestasi yang signifikan.

Alasan Perubahan Kebijakan

Taufik Hidayat menyatakan bahwa salah satu pemicu perubahan ini adalah minimnya gelar juara yang diraih oleh atlet Pelatnas dalam tiga bulan terakhir. Meskipun tim Indonesia berhasil meraih gelar juara di Thailand Masters Super 300, performa di turnamen level 1000 seperti Malaysia Open dan All England dianggap kurang memuaskan. Hal ini menimbulkan kekecewaan dan mendorong PBSI untuk mengambil langkah-langkah yang lebih tegas.

Fasilitas Pelatnas Harus Dimanfaatkan Maksimal

Taufik menekankan bahwa atlet Pelatnas seharusnya fokus sepenuhnya pada latihan dan pertandingan, tanpa perlu memikirkan hal-hal teknis lainnya. Fasilitas lengkap seperti asrama, makanan, dan pengurusan paspor telah disediakan oleh PBSI. Sebaliknya, atlet yang berlatih di luar Pelatnas harus mengurus sendiri berbagai keperluan seperti tempat latihan, sparing partner, pelatih, akomodasi, dan pendaftaran turnamen.

"Di sini kan cuma tinggal memikirkan latihan yang benar, pertandingan, cari prestasi, sudah. Enggak usah bikin yang lain," tegas Taufik. Ia juga menambahkan bahwa atlet Pelatnas telah memiliki kontrak sponsor masing-masing dan menerima fresh money sejak awal.

Degradasi Lebih Cepat untuk Regenerasi yang Lebih Baik

Dengan perubahan kebijakan ini, PBSI berharap dapat mempercepat proses regenerasi atlet. Atlet yang tidak menunjukkan perkembangan signifikan atau gagal memanfaatkan kesempatan yang diberikan akan lebih cepat digantikan oleh atlet lain yang dinilai lebih potensial.

"Makanya saya selalu tekankan, maksimalkan waktu yang ada di sini karena umur atlet itu pendek. Ya itu kalau memang enggak bisa, saya bisa kapan saja ganti lah yang di bawah," ujar Taufik.

Proses Evaluasi yang Matang

Meski demikian, Taufik menegaskan bahwa keputusan degradasi tidak akan diambil secara gegabah. PBSI akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk masukan dari pelatih teknik dan fisik, serta data-data kinerja atlet. Evaluasi akan dilakukan secara komprehensif dan objektif untuk memastikan keputusan yang diambil adil dan tepat.

"Tapi itu juga dengan pertimbangan yang sangat matang dari pelatih. Yang memang harian, pelatih teknik, fisik, dengan data semuanya. Enggak asal keluarin dan memasukkan (atlet) juga, tapi lebih fleksibel supaya regenerasinya jalan terus," jelas Taufik.

Kesempatan bagi Atlet Potensial

Kebijakan baru ini juga membuka peluang lebih besar bagi atlet-atlet muda yang berpotensi untuk masuk ke Pelatnas. Jika ada atlet di luar Pelatnas yang menunjukkan performa yang menjanjikan, PBSI tidak akan ragu untuk merekrutnya, tanpa harus menunggu evaluasi periodik tahunan.

"Kalau enggak, sudah tahu jelek, ditahan terus. Menunggu tahun depan? Lama banget. Sedangkan yang di luar, mau masuk. Sudah bagus nih. Menunggu tahun depan dong. Enggak bisa. Sudah bagus kita bisa ambil," pungkas Taufik Hidayat.

Dengan kebijakan baru ini, PBSI berharap dapat meningkatkan kualitas pembinaan atlet dan meraih prestasi yang lebih gemilang di kancah internasional.