Tragedi Anggruk: DPR Soroti Efektivitas Pendekatan Penanganan Konflik Papua Pasca-Serangan KKB yang Tewaskan Guru

DPR Pertanyakan Strategi Penanganan Konflik Papua Usai Serangan KKB di Anggruk

Komisi III DPR RI menyoroti efektivitas pendekatan yang selama ini digunakan pemerintah dalam menangani konflik di Papua, menyusul serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, yang merenggut nyawa seorang guru dan melukai tujuh lainnya. Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Andreas Hugo Pareira, menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap strategi yang ada, mengingat insiden kekerasan terus berulang.

Penanganan Konflik Papua Belum Optimal

"Masalah Papua ini sudah berlangsung lama," ujar Andreas kepada awak media di Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu (26/3/2025). Ia mengungkapkan bahwa DPR telah berdiskusi dengan Komnas HAM untuk membentuk desk khusus yang fokus menangani isu Papua. Menurutnya, penanganan masalah Papua selama ini telah dilakukan melalui berbagai pendekatan, termasuk:

  • Pendekatan Kemanusiaan: Upaya memberikan bantuan dan perlindungan kepada masyarakat sipil yang terdampak konflik.
  • Pendekatan Keamanan: Operasi penegakan hukum dan pengamanan wilayah oleh aparat keamanan.
  • Diplomasi Luar Negeri: Upaya menjalin dialog dan kerjasama dengan negara-negara lain untuk mendukung penyelesaian konflik.

Namun, Andreas menilai bahwa koordinasi lintas sektor di dalam negeri belum berjalan optimal, sehingga masalah di Papua terus berulang. "Kalau pendekatan hanya pendekatan keamanan, ya kita tahu yang jadi korban dari pihak keamanan itu sendiri, terus kemudian warga negara itu sendiri," tegasnya. Ia menambahkan bahwa pendekatan kemanusiaan yang diterapkan selama ini juga belum efektif, karena banyak korban yang bukan berasal dari pihak keamanan.

Korban Sipil Meningkat, Perlindungan Harus Ditingkatkan

Andreas secara khusus menyoroti jatuhnya korban dari kalangan sipil, termasuk guru yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). "Kita tahu kemarin seorang guru dan guru itu dari kita (NTT). Ini bukan persoalan dari NTT atau dari Flores tetapi semua bisa terjadi pada siapa saja yang bekerja di sana menjadi korban," tuturnya. Ia mendesak pemerintah untuk meningkatkan perlindungan terhadap warga sipil yang bekerja di wilayah rawan konflik, serta mencari solusi komprehensif untuk mengatasi akar masalah di Papua.

Insiden penyerangan KKB di Distrik Anggruk pada Jumat (21/3/2025) menambah daftar panjang aksi kekerasan di Papua. Rosalia Rerek Sogen (30), seorang guru asal Flores Timur, NTT, menjadi korban jiwa dalam serangan tersebut. Tujuh orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka. Kejadian ini kembali memicu keprihatinan dan desakan agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Papua.

Perlunya Evaluasi Mendalam

Andreas menekankan bahwa evaluasi mendalam terhadap semua pendekatan yang telah dilakukan sangat penting untuk mengidentifikasi kelemahan dan merumuskan strategi yang lebih efektif. Ia juga mengajak semua pihak terkait untuk terlibat aktif dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi Papua. Konflik di Papua bukan hanya masalah keamanan, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks, sehingga penanganannya membutuhkan pendekatan yang holistik dan terpadu.