Ekspansi Energi Hijau Global Meroket, Target 2030 Masih Terjegal Kesenjangan Regional
Ekspansi Energi Hijau Global Meroket, Target 2030 Masih Terjegal Kesenjangan Regional
Laporan terbaru dari Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) mengungkapkan bahwa kapasitas energi terbarukan global mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2024. Pertumbuhan ini mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, namun ambisi untuk mencapai target energi bersih pada tahun 2030 masih menghadapi tantangan besar, terutama terkait kesenjangan regional dalam implementasi.
Rekor Pertumbuhan Kapasitas Energi Terbarukan
Pada tahun 2024, dunia berhasil menambahkan 585 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan, menandai peningkatan sebesar 15,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Total kapasitas energi terbarukan global kini mencapai 4.448 GW. Pencapaian ini didorong oleh peningkatan investasi dan inovasi dalam sektor energi bersih, serta kesadaran global yang semakin meningkat tentang pentingnya transisi menuju energi berkelanjutan.
Data IRENA menunjukkan bahwa hampir seluruh kapasitas energi baru yang dibangun pada tahun 2024 berasal dari sumber terbarukan, dengan kontribusi mencapai 92,5% dari total. Hal ini menegaskan bahwa energi terbarukan semakin menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan energi global, menggantikan bahan bakar fosil yang semakin merugikan lingkungan.
Tantangan Target 2030 dan Kesenjangan Regional
Meskipun pertumbuhan kapasitas energi terbarukan sangat menggembirakan, laju ekspansi saat ini masih belum cukup untuk mencapai target global sebesar 11,2 terawatt (TW) pada tahun 2030. Untuk mencapai target ini, kapasitas energi terbarukan harus ditingkatkan dengan laju 16,6% per tahun. Ini berarti bahwa upaya kolektif dari seluruh negara dan pemangku kepentingan harus ditingkatkan secara signifikan.
Salah satu tantangan utama yang menghambat pencapaian target 2030 adalah kesenjangan regional dalam pengembangan energi terbarukan. China mendominasi pertumbuhan kapasitas energi terbarukan global, dengan tambahan 278 GW kapasitas tenaga surya pada tahun 2024, atau sekitar 64% dari total kapasitas energi terbarukan baru. Sementara itu, negara-negara Kelompok Tujuh (G7) hanya menyumbang 14,3% dari total tambahan kapasitas energi terbarukan dunia. Kawasan Amerika Tengah dan Karibia bahkan mencatatkan kontribusi terkecil, hanya 3,2%.
Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera, menekankan bahwa waktu semakin sempit untuk mengejar target 2030. Ia juga menyoroti perlunya mengatasi kesenjangan antara negara-negara dalam pengembangan energi terbarukan. Negara-negara berkembang dan wilayah-wilayah yang kurang maju memerlukan dukungan finansial, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas untuk mempercepat transisi energi mereka.
Dominasi Energi Surya dan Angin
Energi surya dan angin terus menjadi sektor dengan pertumbuhan paling pesat dalam energi terbarukan. Pada tahun 2024, kedua sumber energi ini menyumbang 96,6% dari seluruh tambahan kapasitas energi terbarukan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi energi surya dan angin semakin matang dan kompetitif, sehingga menarik investasi besar-besaran.
Langkah ke Depan
Mencapai target iklim yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris membutuhkan upaya yang lebih besar dalam percepatan investasi, inovasi teknologi, dan kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan energi bersih.
Berikut adalah beberapa langkah konkret yang perlu diambil:
- Meningkatkan investasi: Investasi dalam energi terbarukan harus ditingkatkan secara signifikan, terutama di negara-negara berkembang dan wilayah-wilayah yang kurang maju.
- Mendorong inovasi teknologi: Penelitian dan pengembangan teknologi energi terbarukan perlu didukung untuk menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi.
- Menyederhanakan regulasi: Regulasi yang rumit dan birokrasi yang berbelit-belit harus disederhanakan untuk mempercepat proyek-proyek energi terbarukan.
- Membangun infrastruktur: Infrastruktur yang memadai, seperti jaringan transmisi dan penyimpanan energi, harus dibangun untuk mendukung integrasi energi terbarukan ke dalam sistem kelistrikan.
- Meningkatkan kesadaran publik: Kesadaran publik tentang manfaat energi terbarukan perlu ditingkatkan untuk mendorong adopsi yang lebih luas.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, dunia dapat mempercepat transisi menuju energi bersih dan mencapai target iklim yang ambisius pada tahun 2030.