Pergeseran Tren Belanja Kurma: Pasar Tanah Abang Rasakan Lonjakan Pesanan Online Selama Ramadan

Pergeseran Tren Belanja Kurma: Pasar Tanah Abang Rasakan Lonjakan Pesanan Online Selama Ramadan

Ramadan 1446 H menandai perubahan signifikan dalam pola belanja kurma di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Meskipun selama beberapa pekan sebelum Ramadan, toko-toko kurma di pasar tersebut dipadati pembeli yang melakukan pembelian langsung, namun memasuki bulan puasa, tren bergeser drastis ke platform online. Para pedagang melaporkan penurunan tajam pembeli langsung di toko, digantikan oleh lonjakan pesanan online yang mencapai ribuan paket per hari.

Makmun, seorang pedagang kurma di Blok F Pasar Tanah Abang, mengungkapkan pengalamannya. Ia menyatakan bahwa meskipun beberapa minggu sebelum Ramadan, toko-tokonya ramai dikunjungi pembeli, namun situasi berubah setelah bulan puasa dimulai. "Sejak memasuki bulan puasa, jumlah pembeli langsung turun drastis," ujarnya. "Sekarang, kebanyakan pesanan datang melalui platform online." Makmun, yang aktif berjualan di dua platform e-commerce terkemuka, bahkan mampu memproses hingga 2.000 paket kurma per hari. Paket-paket tersebut dikirim ke berbagai wilayah, bahkan hingga luar Pulau Jawa, menunjukan jangkauan pasar online yang luas.

Namun, perlu dicatat bahwa jumlah pesanan yang fantastis tersebut tidak semata-mata berasal dari tokonya sendiri. Makmun menjelaskan bahwa ia mengelola beberapa toko kurma di Pasar Tanah Abang, sehingga volume pesanan yang diterima merupakan akumulasi dari keseluruhan toko yang dikelolanya. Meskipun demikian, angka tersebut tetap menunjukan peningkatan signifikan dalam penjualan online dibandingkan penjualan langsung di toko.

Lonjakan penjualan online ini berdampak positif pada omzet. Makmun menuturkan bahwa omzet harian tokonya meningkat tajam, mencapai puluhan juta rupiah per hari, terutama pada minggu-minggu menjelang Ramadan. "Kenaikan omzet bisa mencapai tiga kali lipat," katanya. "Dari biasanya Rp 3 juta per hari, bisa melonjak hingga Rp 10 juta, bahkan mencapai Rp 20 juta atau lebih sebelum Ramadan." Perbedaan ini disebabkan oleh pola pembelian. Sebelum Ramadan, banyak pembeli yang melakukan pembelian dalam jumlah besar, khususnya untuk keperluan reseller, membeli dalam jumlah dus, sedangkan selama Ramadan, pembelian cenderung lebih kecil, untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga.

Fenomena ini menggambarkan pergeseran perilaku konsumen yang semakin bergantung pada platform online, terutama selama bulan Ramadan. Kemudahan dan efisiensi berbelanja online, ditambah dengan jangkauan pengiriman yang luas, menjadi daya tarik utama bagi para pembeli. Bagi para pedagang, penguasaan platform online menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan penjualan dan omzet, khususnya di tengah perubahan tren belanja seperti ini. Keberhasilan Makmun menunjukkan potensi besar yang dapat diraih melalui strategi pemasaran digital yang efektif.