Polemik Penambalan Jalan di Karawang: Aspal Diinjak, Kualitas Dipertanyakan?

Viralnya video pengerjaan tambal sulam jalan di Jalur Pantura, Karawang, Jawa Barat, memicu beragam reaksi dari masyarakat. Dalam video tersebut, terlihat petugas yang menambal lubang di jalan hanya dengan menuangkan aspal dan menginjak-injaknya, tanpa menggunakan alat pemadat standar. Praktik ini menimbulkan pertanyaan mengenai kualitas dan efektivitas perbaikan jalan tersebut.

Eks Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut memberikan tanggapannya terkait video yang beredar. Melalui akun Instagramnya, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa memang terdapat jenis aspal dingin yang penggunaannya tidak memerlukan pemanasan. Namun, ia menekankan bahwa cara pengaplikasiannya seharusnya tidak dilakukan dengan cara diinjak-injak, melainkan menggunakan alat standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

"Saya lihat video seorang petugas menuangkan aspal ke lubang jalan di jalur Pantura Karawang, kemudian diinjak-injak. Ada argumentasi itu aspal dingin," kata Dedi dalam akun Instagram @dedimulyadi71.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa perbaikan jalan di Jalur Pantura merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, khususnya Kementerian PU. Ia juga mengajak semua pihak terkait untuk lebih memperhatikan kualitas infrastruktur di berbagai daerah di Jawa Barat.

"Mari perbaiki seluruh pekerjaan kita, dan koreksi apa yang menjadi kesalahan kita," imbau Dedi.

Menanggapi polemik ini, Tim Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.1 Jawa Barat, Kementerian PU, Agung Satrio, memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa aspal yang digunakan adalah jenis TCM (Tambal Cepat Mantap), yang merupakan aspal khusus yang dapat diaplikasikan langsung tanpa perlu pemadatan.

"Secara pemanfaatan bisa diaplikasikan langsung tanpa perlu pemadatan, artinya ditaruh pada posisi digelar (di lubang jalan), kemudian pemadatan langsung melalui gilasan roda kendaraan. Tanpa perlu alat apapun. Sistemnya cepat padat," jelas Agung.

Agung menambahkan bahwa viralnya video tersebut mungkin disebabkan karena persepsi masyarakat yang melihat pengerjaan seolah hanya diinjak-injak. Ia menegaskan bahwa aspal TCM akan menutup lubang dengan sendirinya tanpa memerlukan alat bantu.

Meski demikian, Agung mengakui adanya keterbatasan anggaran yang mempengaruhi kualitas perbaikan jalan. Ia meminta pengertian dari masyarakat terkait hal ini.

"Bagi yang belum nerima hanya segitu, itulah adanya. Saat ini mohon pengertian masyarakat, kami maksimal melayani warga tapi mohon maaf ada keterbatasan dari sisi anggaran," pungkasnya.

Kasus ini menyoroti pentingnya transparansi dan edukasi publik mengenai metode dan material yang digunakan dalam perbaikan infrastruktur. Selain itu, perlunya pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur untuk memastikan kualitas dan efektivitasnya.