Misi Starliner Berakhir: Astronaut Kembali ke Bumi dengan Perubahan Fisik Signifikan

Misi Starliner Berakhir: Dampak Jangka Panjang Perjalanan Antariksa Terhadap Kesehatan Astronot

Misi Boeing Starliner yang penuh tantangan akhirnya membawa pulang astronaut Sunita Williams dan Barry Wilmore setelah 286 hari terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Misi yang seharusnya berlangsung selama sepekan ini, berubah menjadi pengalaman yang panjang dan berdampak signifikan bagi kesehatan kedua astronaut. Sekembalinya ke Bumi, Williams dan Wilmore menunjukkan perubahan fisik yang mencolok, memicu pertanyaan tentang efek jangka panjang perjalanan antariksa terhadap tubuh manusia.

Proses adaptasi kembali ke lingkungan gravitasi Bumi akan menjadi tantangan tersendiri. Keduanya dibantu untuk keluar dari kapsul dan langsung mendapatkan penanganan medis. Program pemulihan intensif selama 45 hari, termasuk terapi fisik, telah disiapkan untuk membantu mereka mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mungkin timbul.

Perubahan Fisiologis: Lebih dari Sekadar Rambut Beruban

Walaupun belum ada penelitian definitif yang mengaitkan langsung perjalanan luar angkasa dengan perubahan warna rambut, NASA telah lama mengakui bahwa lingkungan antariksa dapat memicu berbagai perubahan fisiologis. Badan antariksa itu menggunakan analogi tentang percepatan siklus hidup, di mana perubahan yang biasanya terjadi dalam dekade, dapat terjadi hanya dalam hitungan minggu.

"Bayangkan semua perubahan fisiologis Anda dipercepat sehingga Anda menjalani siklus kehidupan dalam hitungan minggu, bukan dekade," tulis NASA. Badan antariksa tersebut meluncurkan program penelitian 'era antariksa' untuk mempelajari dampak antariksa terhadap tubuh manusia. Hipotesis yang diajukan meliputi pertumbuhan janggut dalam semalam, rambut yang mulai memutih dalam hitungan hari, atau bahkan menopause yang datang lebih cepat.

Perubahan fisiologis signifikan yang terkait dengan penerbangan antariksa meliputi:

  • Hilangnya kepadatan otot dan tulang: Kurangnya gravitasi menyebabkan penurunan massa otot dan kepadatan tulang.
  • Disfungsi sistem kekebalan tubuh: Sistem kekebalan tubuh dapat melemah, mirip dengan efek penuaan alami.
  • Perubahan ekspresi gen: Studi menunjukkan bahwa penerbangan antariksa dapat mengubah ekspresi gen folikel rambut, yang berpotensi menyebabkan kerontokan rambut.

Penelitian Mendalam tentang Dampak Antariksa

Sebuah studi pada tahun 2016 menemukan bahwa penerbangan antariksa mengubah ekspresi gen folikel rambut manusia. Pada beberapa astronaut, gen yang bertanggung jawab untuk mengatur pertumbuhan rambut meningkat pesat, yang berarti gen tersebut dapat menghambat proliferasi sel dalam folikel rambut. Sementara itu, penelitian lain pada tahun 2015 pada tikus yang menghabiskan waktu di ISS menunjukkan penipisan kulit dan gangguan siklus folikel rambut.

Selain itu, ada indikasi bahwa perjalanan luar angkasa dapat meningkatkan stres oksidatif, yang diyakini berkontribusi pada penuaan, termasuk perubahan warna rambut. Meskipun belum ada penelitian yang secara langsung menghubungkan stres oksidatif akibat perjalanan luar angkasa dengan rambut beruban, hal ini tetap menjadi area penelitian yang menarik.

Pemulihan dan Penyesuaian Kembali ke Bumi

Para ahli memperkirakan bahwa Williams dan Wilmore dapat mengalami berbagai gejala selama proses pemulihan, termasuk pusing, masalah keseimbangan, jantung lemah, hilangnya kepadatan tulang, dan penumpukan cairan. Pemantauan ketat dan program terapi fisik yang disesuaikan akan sangat penting untuk membantu mereka beradaptasi kembali dengan kehidupan di Bumi.

NASA menyatakan keyakinannya bahwa kinerja Williams dan Wilmore setelah kembali akan sesuai dengan norma yang ditetapkan untuk astronaut yang telah menghabiskan waktu lama di luar angkasa. Pengalaman mereka akan memberikan wawasan berharga untuk mempersiapkan misi luar angkasa di masa depan dan memitigasi dampak negatif pada kesehatan astronaut.