Dedikasi Polisi NTT: Bripka Vinsen Ubah Hidup Anak-Anak Sikka Lewat Rumah Belajar Gratis

Kisah Inspiratif dari Sikka: Bripka Vinsen Berikan Harapan Pendidikan Gratis

Di tengah hiruk pikuk tugasnya sebagai anggota Ba Intelmob Sat Brimob Polda Nusa Tenggara Timur (NTT), Bripka Vinsensius Moat Nurak menemukan panggilan jiwa untuk mengubah kehidupan anak-anak di Dusun Woloara, Kabupaten Sikka. Berawal dari keprihatinan mendalam terhadap kondisi pendidikan di wilayahnya, Bripka Vinsen mendirikan Rumah Belajar Sanctissima, sebuah oase pendidikan gratis yang menawarkan beragam kegiatan positif bagi anak-anak.

Rumah belajar yang berlokasi di depan kediaman Bripka Vinsen ini, menjadi tempat anak-anak belajar membaca, menulis, bercocok tanam, hingga melestarikan budaya tenun ikat. Inisiatif mulia ini telah mengantarkan Bripka Vinsen menjadi salah satu kandidat kuat penerima Hoegeng Awards 2025, sebuah penghargaan prestisius bagi anggota Polri yang berdedikasi dan berintegritas.

Transformasi Pendidikan di Dusun Woloara

Patricia (38), seorang relawan pengajar di Rumah Belajar Sanctissima, mengungkapkan bahwa fasilitas yang tersedia dapat diakses secara gratis. Bripka Vinsen bersama istrinya, Maria Sherly Hilene, seorang guru Bahasa Inggris, bahu-membahu menjalankan rumah belajar ini.

"Kegiatan belajar mengajar diadakan tiga kali seminggu, setiap Senin, Rabu, dan Jumat sore. Selain itu, ada juga kegiatan posyandu remaja dan pelatihan tenun ikat," ujar Patricia.

Menurut Patricia, kehadiran rumah belajar ini telah meningkatkan fokus belajar anak-anak secara signifikan. Dampak positifnya sangat dirasakan oleh seluruh komunitas.

Di Rumah Belajar Sanctissima, anak-anak tidak hanya belajar akademis, tetapi juga keterampilan praktis seperti bercocok tanam. Bripka Vinsen menyediakan kebun sebagai sarana edukasi, tempat anak-anak belajar menanam berbagai tanaman.

"Bripka Vinsen juga sering membantu orang tua yang kurang mampu, terutama dalam hal biaya sekolah. Beliau selalu proaktif menanyakan kondisi anak-anak di sekolah dan memberikan bantuan yang dibutuhkan," lanjut Patricia.

Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai usia dan tingkat pendidikan mereka. Patricia, yang juga seorang guru kelas 4, menggunakan kesempatan ini untuk membantu anak-anak mengingat dan memahami materi pelajaran yang telah mereka terima di sekolah.

Bripka Vinsen juga tak segan memberikan bantuan alat tulis kepada anak-anak. Kepeduliannya terhadap pendidikan anak-anak sangat luar biasa.

"Sebelum ujian, Bripka Vinsen selalu menanyakan kebutuhan anak-anak, seperti pulpen dan buku. Bahkan, menjelang tahun ajaran baru, beliau memberikan perlengkapan sekolah. Saat liburan tiba, beliau juga memberikan sembako, seperti telur dan minyak, agar anak-anak bisa merasakan kebahagiaan," jelas Patricia.

Dampak Positif yang Dirasakan Masyarakat

Mama Dince, seorang warga setempat, sangat bersyukur atas adanya les gratis yang diberikan di Rumah Belajar Sanctissima. Menurutnya, anak-anak mendapatkan pendidikan tambahan yang sangat bermanfaat.

"Kami sangat berterima kasih kepada Ibu Sherly dan Pak Vinsen yang telah memperhatikan anak-anak kami. Adanya pendidikan tambahan di Rumah Belajar Sanctissima sangat membantu," kata Mama Dince.

"Kami sebagai orang tua merasa senang karena anak-anak tidak lagi berkeliaran tanpa tujuan. Mereka mendapatkan pendidikan yang terarah," imbuhnya.

Mama Dince menilai Bripka Vinsen dan istrinya sebagai sosok yang sangat peduli terhadap sesama. Ia sangat mengapresiasi perjuangan Bripka Vinsen dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di wilayahnya.

"Kami bangga karena Ibu Sherly dan Pak Vinsen tidak hanya berjuang untuk keluarga mereka sendiri, tetapi juga peduli terhadap anak-anak. Mereka membuka sekolah sore untuk memberikan pendidikan tambahan bagi anak-anak," tutur Mama Dince.

Berawal dari Keprihatinan dan Nazar

Rumah belajar gratis ini didirikan oleh Bripka Vinsen dan istrinya, Sherly, pada tahun 2016. Inisiatif ini berawal dari keprihatinan mereka terhadap anak-anak di lingkungan sekitar yang masih kesulitan membaca dan menulis. Selain itu, pendirian rumah belajar ini juga merupakan wujud nazar mereka setelah Sherly berhasil menyelesaikan studi S2 di Monash University, Australia dengan beasiswa.

"Istri saya mendapatkan beasiswa S2 di Australia. Setelah kembali, kami berencana untuk membangun rumah belajar kecil, yang penting bisa bermanfaat bagi anak-anak di sekitar kami. Banyak orang tua yang tidak mampu dan kurangnya pendidikan menjadi perhatian utama kami," tutur Bripka Vinsen.

Program-program yang ditawarkan di Rumah Belajar Sanctissima meliputi belajar baca-tulis untuk anak-anak PAUD dan SD, kelas Bahasa Inggris, serta materi pelajaran sekolah. Selain itu, rumah belajar ini juga menyelenggarakan posyandu remaja setiap bulan.

"Kami bekerja sama dengan puskesmas, bidan, dan perawat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi anak-anak dari SD hingga SMA setiap bulan," jelasnya.

Bripka Vinsen juga menyediakan lahan seluas satu hektare sebagai lahan perkebunan. Hasil perkebunan ini digunakan untuk membiayai operasional rumah belajar. Anak-anak juga diajarkan bercocok tanam di perkebunan ini.

"Kami menanam sayur, jagung, dan lombok. Selain itu, hasil kebun juga kami gunakan untuk membantu biaya sekolah anak-anak dari SD hingga SMA, terutama bagi orang tua yang tidak mampu," sebutnya.

Ada empat guru honorer yang mengajar di rumah belajar ini. Bripka Vinsen memberikan honor sebesar Rp 400-500 ribu per bulan sebagai uang saku.

Saat ini, ada 57 anak yang aktif mengikuti kegiatan di Rumah Belajar Sanctissima. Bripka Vinsen juga memberikan bantuan biaya sekolah bagi anak-anak yang membutuhkan.

Di waktu luangnya, Bripka Vinsen mengajarkan anak-anak etika dan peraturan baris-berbaris (PBB).

"Saya mengajarkan PBB dan memberikan pelajaran khusus tentang kenakalan remaja. Kami memberikan pemahaman kepada anak-anak SMP dan SMA tentang bahaya merokok dan alkohol, agar mereka menghindari hal-hal yang merugikan diri sendiri," jelasnya.

Pengorbanan untuk Pendidikan

Untuk membangun Rumah Belajar Sanctissima, Bripka Vinsen rela menggadaikan sertifikat tanahnya. Pembangunan awal hingga operasional rumah belajar saat ini telah menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta.

"Lokasinya di depan rumah. Saya membangun aula kecil berukuran 8x12 meter. Dari awal pembangunan hingga saat ini, sudah sekitar 200 juta dana yang kami keluarkan. Sertifikat tanah saya gadaikan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak," tutur Bripka Vinsen.

Latar belakang masa kecilnya yang sulit menjadi motivasi utama Bripka Vinsen untuk mendirikan rumah belajar ini. Ia tidak ingin anak-anak mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendidikan seperti yang pernah ia alami.

"Dulu, saya sendiri sangat kesulitan untuk bersekolah karena saya adalah seorang yatim piatu. Setelah bekerja, saya tidak ingin melupakan perjuangan saya. Pendidikan sangat penting dan harus menjadi prioritas utama untuk mengubah masa depan anak-anak," tutur Bripka Vinsen.

Maria Sherly, istri Bripka Vinsen, juga aktif mengajar Bahasa Inggris di rumah belajar ini.

"Saya adalah guru Bahasa Inggris, jadi saya juga mengajar kelas Bahasa Inggris untuk anak-anak," kata Sherly.

Sherly menambahkan bahwa mereka juga memberikan makanan gratis setiap bulan sekali dan program satu telur dan satu susu setiap dua minggu sekali.

"Kami memberikan makanan berat seperti nasi dan lauk setiap bulan sekali, serta susu dan telur setiap dua minggu sekali. Suami saya juga memberikan kebunnya secara gratis untuk dikelola oleh anak-anak dan guru honorer kami. Hasilnya dijual dan digunakan untuk operasional rumah belajar," jelasnya.

Pada tahun 2023, Rumah Belajar Sanctissima menerima sumbangan dana dari warga Belgia yang peduli terhadap pendidikan anak. Bantuan tersebut berupa kursi, meja, LCD, printer, laptop, serta tambahan honor bagi tenaga pengajar.

"Seorang teman meminta saya menjadi penerjemah rapat di sebuah yayasan di Maumere yang didukung oleh beberapa tamu dari Belgia. Mereka kemudian mencari tahu tentang pekerjaan sosial yang saya dan suami lakukan. Di akhir tahun 2023, mereka memutuskan untuk membantu rumah belajar kami karena mereka juga memiliki fokus yang sama dalam membantu anak-anak yang kesulitan dalam hal pendidikan," jelasnya.

Sherly berharap inisiatif Bripka Vinsen dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap pendidikan anak.

"Saya berharap apa yang dilakukan oleh suami saya selama ini dapat menjadi contoh bagi sesama anggota kepolisian dan masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap dunia pendidikan dan kesejahteraan anak-anak," jelasnya.