Hilirisasi Baja Nasional: Prioritaskan Keberlanjutan untuk Menarik Investasi
Hilirisasi Baja Nasional: Prioritaskan Keberlanjutan untuk Menarik Investasi
Pengembangan industri baja di Indonesia melalui hilirisasi menjadi agenda penting untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dan memperkuat kemandirian industri nasional. Namun, para ahli menekankan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada aspek ekonomi, tetapi juga pada komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan tata kelola yang baik.
Putu Rusta Adijaya, Peneliti Bidang Ekonomi dari The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII), menekankan pentingnya mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan sejak awal proses hilirisasi baja. Hal ini mencakup penerapan kerangka kebijakan yang transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab, serta mekanisme monitoring, evaluasi, dan audit berkala.
"Kerangka kebijakan yang transparan dan bertanggung jawab menjadi salah satu pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya ke industri baja domestik," kata Putu.
Keberlanjutan dan Daya Saing Investasi
Investasi dalam industri baja membutuhkan modal yang besar, sehingga Indonesia perlu bersaing dengan negara-negara lain di kawasan untuk menarik investor. Stabilitas ekonomi dan politik, serta kepastian hukum, menjadi faktor kunci dalam menarik minat investor.
Selain itu, tarif ekspor yang kompetitif juga menjadi perhatian penting bagi pelaku industri. Jika produk hilirisasi baja Indonesia menargetkan pasar Amerika Serikat, misalnya, tarif yang tinggi dapat mengurangi daya saing produk.
Peran Hilirisasi Baja dalam Kemandirian Industri
Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu bara Indonesia (Aspebindo), Anggawira, menyampaikan bahwa hilirisasi baja memiliki peran strategis dalam memperkuat kemandirian industri nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor. Sektor konstruksi, misalnya, sangat bergantung pada pasokan baja domestik. Anggawira memperkirakan kebutuhan baja untuk pembangunan perumahan mencapai 30-40 persen dari total biaya konstruksi.
Dukungan Pemerintah dan Kinerja Industri Baja
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menjadikan industri baja sebagai salah satu sektor prioritas pengembangan. Data Kemenperin menunjukkan bahwa industri logam dasar, termasuk baja, mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Pada semester I tahun 2024, pertumbuhan industri ini mencapai 18,07 persen secara tahunan, didorong oleh tingginya permintaan domestik dan ekspor. Volume ekspor logam dasar besi dan baja juga mengalami peningkatan sebesar 25,2 persen, serta 24,29 persen untuk pengecoran logam.
Tantangan dan Strategi
Meskipun prospek industri baja cukup menjanjikan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Selain aspek keberlanjutan dan daya saing investasi, pemerintah dan pelaku industri perlu bekerja sama untuk meningkatkan efisiensi produksi, mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan, dan memperkuat rantai pasok.
Kesimpulan
Hilirisasi baja memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, keberhasilan program ini membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan, menciptakan iklim investasi yang kondusif, dan meningkatkan daya saing industri baja nasional. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri baja global.
Berikut adalah poin-poin penting dalam pengembangan hilirisasi baja:
- Keberlanjutan: Memastikan proses hilirisasi baja ramah lingkungan dan berkelanjutan.
- Kebijakan Transparan: Pemerintah harus menerapkan kerangka kebijakan yang transparan dan bertanggung jawab.
- Investasi: Menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor.
- Daya Saing: Meningkatkan daya saing produk baja Indonesia di pasar global.
- Kemandirian Industri: Mengurangi ketergantungan pada impor baja.
- Sektor Konstruksi: Memenuhi kebutuhan baja untuk sektor konstruksi domestik.
- Pertumbuhan Ekonomi: Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui hilirisasi baja.