Kisah Kompor Biomassa Brawijaya: Dulu Mendunia, Kini Terhenti Produksi

Kisah Kompor Biomassa Brawijaya: Dulu Mendunia, Kini Terhenti Produksi

Kabar mengenai kompor biomassa inovatif karya Muhammad Nurhuda, seorang dosen dari Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang, kembali mencuat ke permukaan. Sempat diberitakan menembus pasar internasional dan diproduksi massal di Norwegia, inovasi ini kini hanya tinggal kenangan. Nurhuda meluruskan informasi yang beredar, menyebutnya sebagai berita lama yang tidak lagi relevan.

"Berita itu sudah lama sekali, dari tahun 2012. Saya sudah meminta untuk tidak ditayangkan lagi, tapi masih saja muncul," ujarnya kepada awak media. Ia menegaskan bahwa meskipun pernah menjalin kerjasama dengan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) asal Norwegia, produksi kompor biomassa tidak pernah dilakukan di negara tersebut.

Alasan Penghentian Produksi

Menurut Nurhuda, produksi kompor biomassa telah dihentikan sejak tujuh tahun lalu, setelah pertemuan dengan Bank Dunia (World Bank) di Yogyakarta pada tahun 2018. Dalam pertemuan tersebut, Bank Dunia mengumpulkan berbagai implementasi kompor biomassa dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Kamboja, Myanmar, China, dan beberapa negara di Afrika. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kompor biomassa kurang efisien dibandingkan dengan Liquified Petroleum Gas (LPG) atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Elpiji, sehingga perlahan mulai ditinggalkan.

"Selain masalah efisiensi, faktor ekonomi juga menjadi pertimbangan utama. Jika produksi tidak menguntungkan, tentu tidak bisa dilanjutkan," jelas Nurhuda.

Klarifikasi Kerjasama dengan Perusahaan Norwegia

Nurhuda juga mengklarifikasi kabar mengenai kerjasama dengan perusahaan Norwegia. Ia menjelaskan bahwa meskipun kemitraan tersebut pernah terjalin dari tahun 2012 hingga 2017, produksi kompor biomassa tidak pernah dilakukan di Norwegia.

"Kami memang pernah bermitra dengan perusahaan PMA dari Norwegia. Namun, kerjasama ini berakhir bukan karena kesalahan dari pihak kami, melainkan karena masalah internal yang mereka hadapi," ungkapnya.

Produksi kompor biomassa, lanjut Nurhuda, dilakukan di Surabaya dan kemudian dikirim ke berbagai negara dalam bentuk komponen yang dapat dirakit di tempat tujuan.

Fokus pada Inovasi Energi Terbarukan

Meski produksi kompor biomassa telah dihentikan, Nurhuda tetap fokus pada pengembangan inovasi di bidang energi terbarukan. Ia berharap klarifikasi ini dapat mengakhiri kesalahpahaman yang terus berulang dan membuka ruang diskusi yang lebih konstruktif mengenai solusi energi yang lebih berkelanjutan di masa depan.

"Inovasi harus terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Saya berharap, kedepannya kita bisa menciptakan lebih banyak solusi energi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat," pungkasnya.

Pelajaran dari Kisah Kompor Biomassa

Kisah kompor biomassa karya Muhammad Nurhuda ini memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, inovasi yang baik sekalipun tidak selalu dapat bertahan jika tidak didukung oleh faktor efisiensi dan ekonomi yang memadai. Kedua, kerjasama dengan pihak asing tidak selalu berjalan mulus dan dapat terhenti karena berbagai alasan internal. Ketiga, penting untuk terus berinovasi dan mencari solusi energi yang lebih berkelanjutan seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Terakhir, penting untuk mengklarifikasi informasi yang tidak akurat untuk menghindari kesalahpahaman dan membuka ruang diskusi yang lebih relevan.

Beberapa poin penting dalam cerita ini adalah:

  • Inovasi kompor biomassa karya Muhammad Nurhuda
  • Kerjasama dengan perusahaan Norwegia
  • Penghentian produksi karena faktor efisiensi dan ekonomi
  • Fokus pada pengembangan energi terbarukan
  • Pentingnya klarifikasi informasi yang tidak akurat

Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi para inovator muda di Indonesia untuk terus berkarya dan menciptakan solusi-solusi yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.