Industri Sastra Berduka: Penulis Thriller Chandra Bientang Meninggal Dunia di Usia Muda

Dunia sastra Indonesia kehilangan salah satu talenta terbaiknya. Chandra Bientang, penulis novel thriller dan kriminal yang namanya mulai bersinar, telah meninggal dunia di usia 36 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi para pembaca dan rekan-rekan penulis.

Chandra Bientang dikenal karena konsistensinya dalam menghasilkan karya-karya yang memacu adrenalin dan memikat dengan plot yang kompleks. Kiprahnya di dunia literasi semakin diperhitungkan sejak terpilih sebagai emerging writer di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) pada tahun 2019. Puncaknya, pada tahun 2022, ia meraih penghargaan IKAPI Awards sebagai penulis pendatang baru yang menjanjikan.

Semasa hidupnya, Chandra Bientang telah menorehkan tiga novel yang mendapat sambutan positif dari kritikus dan pembaca. Karya-karyanya menawarkan sudut pandang yang segar dalam genre thriller dan kriminal, dengan karakter-karakter yang kuat dan alur cerita yang sulit ditebak.

Berikut adalah kilas balik tiga novel yang pernah ditulis oleh Chandra Bientang:

  • Dua Dini Hari (2019)

    Novel debut Chandra Bientang ini mengantarkannya pada popularitas. Dua Dini Hari adalah sebuah fiksi misteri kelam yang bercerita tentang serangkaian pembunuhan anak jalanan di Jakarta. Mayat-mayat mereka ditemukan tergantung di flyover dan terlilit kabel listrik. Penyelidikan polisi yang setengah hati mencerminkan pandangan masyarakat yang meremehkan kehidupan kaum marginal. Novel ini menggugah pertanyaan tentang keadilan dan dehumanisasi. Dua Dini Hari berhasil mendapatkan dana penerjemahan nukilan ke dalam Bahasa Inggris dari LitRi Translation Funding Program dan menyabet dua penghargaan di Scarlet Pen Awards 2020, yakni Best Novel dan Best Crime Drama & Thriller.

  • Sang Peramal (2021)

    Novel kedua Chandra Bientang ini menghadirkan tokoh Imar Mulyani, seorang peramal yang kerap tampil di televisi untuk meramalkan kejadian-kejadian besar. Imar memiliki klien dari berbagai kalangan, mulai dari selebriti hingga masyarakat biasa, yang menyimpan rahasia kelam. Ketika Imar menghilang secara misterius, kecurigaan jatuh pada orang-orang terdekatnya yang memiliki motif tersembunyi. Sang Peramal adalah sebuah thriller psikologis yang mengeksplorasi sisi gelap manusia dan obsesi terhadap ramalan.

  • Batu Berkaki (2022)

    Batu Berkaki adalah novel terakhir Chandra Bientang yang dirilis sebelum kepergiannya. Novel ini berlatar di Desa Ledok Awu, tempat seorang pematung kaya bernama Munarto ditemukan tewas di pondok kerjanya. Di dekat mayatnya, terdapat patung batu tanpa tubuh, hanya kaki yang bersimbah darah. Dendam turun-temurun antar warga desa menjadi latar belakang kuat dalam misteri pembunuhan ini. Setiap penduduk desa memiliki alasan untuk membenci Munarto, sehingga pertanyaan yang muncul bukanlah "Siapa pembunuhnya?", melainkan "Mengapa Munarto harus mati?".

Kepergian Chandra Bientang adalah kehilangan besar bagi dunia sastra Indonesia. Karya-karyanya akan terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi penulis-penulis muda. Dedikasinya pada genre thriller dan kriminal telah memberikan warna baru dalam dunia literasi Indonesia.