Masjid Musi Al Muallaf: Harmoni Arsitektur Tionghoa dan Kisah Mualaf di Lubuklinggau

Masjid Musi Al Muallaf: Simbol Toleransi dan Inspirasi di Bumi Silampari

Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, menyimpan sebuah permata arsitektur yang unik dan sarat makna: Masjid Musi Al Muallaf. Masjid ini bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol toleransi, inspirasi, dan saksi bisu perjalanan spiritual banyak individu. Dengan corak Tionghoa yang khas dan warna merah menyala yang mencolok, masjid ini menjadi daya tarik tersendiri dan ikon kebanggaan masyarakat setempat.

Berlokasi di Kelurahan Taba Jemekeh, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Masjid Musi Al Muallaf didirikan pada tahun 2020 oleh Agus Syah, seorang pria keturunan Tionghoa asal Bangka Belitung. Kisah di balik pendirian masjid ini pun tak kalah menarik. Agus Syah, yang kemudian menjadi mualaf, bernazar untuk membangun sebuah masjid di Lubuklinggau sebagai wujud syukur dan pengabdiannya kepada agama Islam. Niat tulus ini kemudian diwujudkan dalam bentuk Masjid Musi Al Muallaf yang unik.

Sepriyanto, Sekretaris Masjid Musi Al Muallaf, mengungkapkan bahwa ide pembangunan masjid ini muncul setelah pernikahan Agus Syah dengan Nilawati, seorang wanita pribumi asal Musi Rawas. Nama "Musi Al Muallaf" sendiri merupakan gabungan dari identitas kedua pasangan. "Musi" diambil dari nama suku istri Agus Syah, sementara "Al Muallaf" merujuk pada latar belakang Agus Syah sebagai seorang mualaf. Perpaduan ini mencerminkan harmoni dan kesatuan dalam perbedaan.

Arsitektur masjid ini pun tak lepas dari sentuhan Nilawati. Pemilihan warna merah menyala dan corak Tionghoa yang dominan merupakan representasi dari identitas etnis Agus Syah. Hal ini menunjukkan penghargaan dan penerimaan Nilawati terhadap latar belakang suaminya. Masjid ini diresmikan pada 7 Agustus 2020 oleh Wali Kota Lubuklinggau, dan menjadi satu-satunya masjid bercorak Tionghoa di wilayah Silampari (Lubuklinggau, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara).

Lebih dari Sekadar Arsitektur yang Unik

Keunikan Masjid Musi Al Muallaf tidak hanya terletak pada arsitekturnya. Masjid ini juga menjadi tempat favorit bagi warga yang ingin menjadi mualaf. Banyak orang yang terinspirasi oleh kisah pendirian masjid ini, yang digagas oleh seorang mualaf. Masjid ini menjadi simbol harapan dan bukti bahwa Islam adalah agama yang terbuka bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang etnis atau budaya.

"Masjid ini juga menjadi pusat para non muslim yang mau menjadi mualaf karena masjid ini identik dengan tokohnya yang seorang mualaf sehingga mereka terinspirasi," ujar Sepriyanto. Pengaruh Masjid Musi Al Muallaf sangatlah besar, memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar dengan menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial.

Filosofi Arsitektur dan Warna

Desain arsitektur Masjid Musi Al Muallaf mencerminkan perpaduan budaya yang harmonis. Ornamen-ornamen khas Tionghoa seperti lampion, ukiran naga, dan warna merah yang dominan berpadu serasi dengan elemen-elemen Islam seperti kubah dan kaligrafi. Warna merah dalam budaya Tionghoa melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran, sementara dalam konteks masjid, warna ini memberikan kesan semangat dan energi positif.

Kehadiran masjid ini menjadi oase di tengah masyarakat yang majemuk. Masjid Musi Al Muallaf membuktikan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu dan membangun kebersamaan. Masjid ini adalah simbol toleransi, persatuan, dan inspirasi bagi semua orang.

Daftar Keunikan Masjid Musi Al Muallaf:

  • Arsitektur bercorak Tionghoa yang unik.
  • Warna merah menyala yang mencolok.
  • Didirikan oleh seorang mualaf.
  • Menjadi tempat favorit bagi warga yang ingin menjadi mualaf.
  • Simbol toleransi dan persatuan.

Masjid Musi Al Muallaf adalah bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang inklusif dan terbuka bagi semua orang. Kisah pendiriannya yang inspiratif dan arsitekturnya yang unik menjadikan masjid ini sebagai salah satu ikon kebanggaan Kota Lubuklinggau dan simbol toleransi di Bumi Silampari.