Masa Depan Program Magang Kampus Merdeka: Evaluasi SKS dan Arah Kebijakan Baru

Masa Depan Program Magang Kampus Merdeka: Evaluasi SKS dan Arah Kebijakan Baru

Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), yang dulunya dikenal sebagai Magang Merdeka dan menjadi program unggulan Kampus Merdeka di era Menteri Nadiem Makarim, kini berada di persimpangan jalan. Setelah penutupan Batch 7 pada Agustus-Desember 2024, kelanjutan program ini menjadi tanda tanya besar.

Ketidakpastian ini diperkuat dengan pernyataan Satryo Soemantri Brodjonegoro, mantan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), pada Januari 2025. Beliau menyatakan bahwa kelanjutan MSIB masih menunggu hasil tinjauan komprehensif dari pemerintah. Tinjauan ini melibatkan evaluasi manfaat program dari berbagai perspektif, termasuk kepuasan mahasiswa dan mitra industri. Indikator keberlanjutan program, menurut Satryo, adalah kepuasan mahasiswa dan mitra industri tempat mereka magang.

Namun, dinamika politik kemudian berubah dengan pengunduran diri Satryo pada pertengahan Februari, dan digantikan oleh Prof. Brian Yuliarto. Pergantian kepemimpinan ini menimbulkan pertanyaan baru mengenai arah kebijakan MSIB.

Arah Baru Magang Kampus Merdeka

Meskipun demikian, Mendiktisaintek Brian Yuliarto memberikan angin segar dengan menegaskan bahwa program magang bagi mahasiswa tetap akan berjalan. Fokus utama saat ini adalah evaluasi mendalam terkait sistem konversi Satuan Kredit Semester (SKS).

"Kampus Merdeka ini kan intinya adalah bagaimana mahasiswa-mahasiswa berinteraksi dengan industri sehingga mereka bisa lebih siap ketika lulus dan terjun ke masyarakat, terjun ke industri," ujar Brian Yuliarto saat ditemui di Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (23/3/2025).

Beliau menekankan bahwa Kemdikti sedang mengevaluasi kaitan antara program magang dan jumlah SKS yang dikonversikan sebagai bagian dari Merdeka Belajar. Pendekatan baru yang sedang dipertimbangkan adalah fleksibilitas dalam penentuan jumlah SKS, yang diserahkan kepada masing-masing kampus. Tujuannya adalah memberikan kemudahan bagi kampus dan mahasiswa dalam mengatur program magang.

Kebijakan ini menandakan perubahan signifikan dari era sebelumnya. Mendikti memperjelas, mahasiswa tetap dapat melaksanakan magang melalui kerja sama antara kampus dan industri. Namun, perbedaan utama terletak pada fleksibilitas konversi SKS. Era sebelumnya membatasi mahasiswa dengan konversi lebih dari 20 SKS untuk disebut sebagai bagian dari Merdeka Belajar. Saat ini, pemerintah lebih cenderung menyerahkan penentuan jumlah SKS kepada kampus, sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas industri.

"Kami khawatir kalau jumlahnya terlalu banyak SKS-nya, akhirnya jumlah (mahasiswa) yang harus ke industri terlalu banyak, daya tampung industri kita juga perlu kita lihat, dan seterusnya," lanjutnya.

Mengapa Evaluasi SKS Penting?

Evaluasi SKS menjadi krusial karena beberapa alasan:

  • Daya Tampung Industri: Pemerintah menyadari keterbatasan daya tampung industri dalam menerima mahasiswa magang dalam jumlah besar. Fleksibilitas SKS memungkinkan kampus untuk menyesuaikan jumlah mahasiswa yang terlibat dalam program magang, sehingga tidak membebani industri.
  • Kualitas Pengalaman Magang: Dengan memberikan fleksibilitas kepada kampus, diharapkan kualitas pengalaman magang dapat ditingkatkan. Kampus dapat merancang program magang yang lebih relevan dengan kebutuhan industri dan memberikan kesempatan yang lebih bermakna bagi mahasiswa.
  • Kesesuaian dengan Kurikulum: Fleksibilitas SKS memungkinkan kampus untuk mengintegrasikan program magang dengan lebih baik ke dalam kurikulum. Hal ini memastikan bahwa mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis yang relevan dengan bidang studi mereka.

Implikasi bagi Mahasiswa dan Kampus

Perubahan kebijakan ini membawa implikasi penting bagi mahasiswa dan kampus:

  • Mahasiswa: Mahasiswa akan memiliki lebih banyak pilihan dalam memilih program magang yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Mereka juga akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman praktis yang lebih relevan dengan bidang studi mereka.

  • Kampus: Kampus akan memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam merancang dan mengelola program magang. Mereka dapat menyesuaikan program magang dengan kebutuhan industri dan mengintegrasikannya dengan lebih baik ke dalam kurikulum.

Meskipun detail teknis perhitungan SKS masih dalam tahap finalisasi, Mendiktisaintek Brian Yuliarto menekankan bahwa kerja sama antara kampus dan industri tetap didorong. Mahasiswa dan kampus didorong untuk terus menjalin kemitraan dengan industri terkait magang. Perubahan ini menandakan era baru bagi program magang Kampus Merdeka, dengan fokus pada fleksibilitas, kualitas, dan kesesuaian dengan kebutuhan industri.