Antisipasi Lonjakan Harga Cabai Jelang Lebaran, Pemprov Jateng Siapkan Distribusi Lintas Daerah

Kenaikan harga cabai keriting yang mencapai Rp 85.000 per kilogram di Jawa Tengah (Jateng) menjelang Hari Raya Idul Fitri menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi (Pemprov). Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengungkapkan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat dan faktor cuaca ekstrem seperti curah hujan tinggi serta serangan hama patek menjadi pemicu utama melonjaknya harga komoditas tersebut. Kondisi ini tidak hanya dirasakan di Jateng, tetapi juga berdampak secara nasional.

"Kenaikan harga bahan pokok penting (bapokting) secara umum tidak terlalu signifikan jika mengacu pada Harga Acuan Penjualan (HAP), kecuali cabai keriting merah yang mengalami lonjakan hingga Rp 85.000," ujar Luthfi dalam keterangan tertulisnya.

Menyikapi situasi ini, Pemprov Jateng menyiapkan strategi khusus untuk menekan kenaikan harga, terutama pada komoditas yang telah melampaui HAP. Strategi utama yang ditekankan adalah pemerataan pasokan pangan antar daerah kabupaten/kota, berbasis pada potensi wilayah masing-masing. Hal ini meliputi komoditas penting seperti:

  • Daging
  • Telur ayam ras
  • Cabai
  • Kentang
  • Bawang merah
  • dan lainnya

Arahan ini disampaikan Luthfi saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian secara daring. Rapat ini dihadiri oleh anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di kompleks Kantor Gubernur Jateng.

"Tujuan dari koordinasi antar daerah ini adalah untuk menghindari inflasi dengan memaksimalkan potensi masing-masing wilayah," jelas Luthfi.

Gubernur mencontohkan, jika suatu kabupaten/kota memiliki keunggulan dalam produksi pangan tertentu, maka surplus tersebut dapat dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan daerah lain yang mengalami kekurangan. Misalnya, hasil panen bawang merah dari Brebes dapat didistribusikan ke daerah lain yang mengalami kelangkaan. Hal serupa juga berlaku untuk komoditas cabai. Koordinasi logistik menjadi kunci keberhasilan strategi ini. Luthfi meyakini bahwa Dinas terkait mampu melakukan intervensi yang diperlukan untuk memastikan pemerataan pasokan.

"Dengan pemerataan kebutuhan pangan, kita dapat secara langsung mengintervensi deviasi harga bahan pokok antar wilayah. Dengan demikian, pengendalian inflasi akan menjadi lebih mudah," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Amalia Adininggar Widyasanti, menambahkan bahwa hama patek dan curah hujan tinggi telah berdampak signifikan terhadap kuantitas dan kualitas hasil panen di berbagai daerah. Secara nasional, curah hujan tinggi terutama dirasakan di Jateng, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.

"Saat ini, Indeks Perkembangan Harga (IPH) Jateng berada di angka 2,23 persen, dengan pemicu utama adalah cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras," ungkap Amalia.

Amalia juga menjelaskan bahwa pola inflasi selama Ramadan tahun 2024 dan 2025 memiliki kemiripan, terutama pada komoditas daging ayam ras dan bawang merah menjelang Lebaran. Namun, pada tahun ini, hingga pekan ketiga Ramadan, cabai rawit menjadi komoditas yang paling perlu diwaspadai terkait inflasinya.