256 Perwira Polri Ikuti Pendidikan S1 di STIK Lemdiklat: Fokus pada Karakter dan Integritas
256 Perwira Polri Ikuti Pendidikan S1 di STIK Lemdiklat: Fokus pada Karakter dan Integritas
Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri resmi membuka pendidikan strata satu (S1) angkatan ke-83. Sebanyak 256 perwira Polri terpilih akan mengikuti program pendidikan sarjana selama 14 bulan di lembaga pendidikan kepolisian tersebut. Pembukaan pendidikan yang berlangsung di Lapangan Stadion STIK, Jakarta Selatan, Rabu (5/3/2025), dipimpin langsung oleh Ketua STIK Lemdiklat Polri, Irjen Pol. Dadang Hartanto. Dalam sambutannya, Irjen Dadang menekankan pentingnya pembentukan karakter dan integritas sebagai pondasi utama bagi para calon pemimpin kepolisian masa depan.
Irjen Dadang dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan di STIK Lemdiklat Polri memprioritaskan pengembangan karakter. Kemampuan akademik yang mumpuni tanpa diimbangi dengan integritas dan moral yang kuat, menurutnya, justru berbahaya bagi masyarakat. "Pendidikan karakter adalah yang utama. Seberapa pintar seseorang, jika karakternya buruk, maka ia dapat menjadi ancaman bagi masyarakat," tegasnya di hadapan para mahasiswa baru. Ia menambahkan bahwa Lemdiklat Polri mengadopsi sistem pendidikan berbasis karakter, literasi, dan pengembangan ilmu kepolisian modern, dengan tujuan mencetak polisi yang profesional, cerdas, bermoral, dan modern, selaras dengan visi STIK Lemdiklat Polri untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter, bermoral, berjiwa pejuang, pengabdi, dan memiliki semangat belajar yang tinggi.
Lebih lanjut, Irjen Dadang menjelaskan bahwa kurikulum STIK Lemdiklat Polri dirancang untuk memadukan pembelajaran akademis dengan praktik kepolisian yang intensif. Para mahasiswa tidak hanya akan mempelajari teori, tetapi juga akan dibekali dengan pengalaman langsung di lapangan melalui berbagai simulasi dan praktik. Kurikulum tersebut bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai peneliti, pemikir strategis, dan pemimpin lapangan yang tangguh dan cakap. Irjen Dadang juga menjelaskan pentingnya keseimbangan antara akademisi dan praktisi, menekankan bahwa keduanya merupakan siklus yang saling berkaitan dan saling memperkuat. Pengalaman lapangan akan menghasilkan permasalahan yang kemudian diteliti, dikaji, dan dikembangkan menjadi teori-teori baru. Teori-teori tersebut selanjutnya akan diuji coba dan diaplikasikan kembali di lapangan dalam sebuah siklus yang berkelanjutan.
Selama masa pendidikan, para mahasiswa akan mendapatkan pendidikan akademik berbasis literasi dan ilmu kepolisian modern. Mereka juga akan mendapatkan pengalaman empiris melalui berbagai simulasi dan praktik lapangan untuk memastikan penguasaan teori dan praktik yang seimbang. Irjen Dadang juga mengingatkan pentingnya menjaga integritas dan menghindari praktik transaksional dalam perolehan nilai akademik. Beliau menekankan pentingnya membangun iklim akademik yang kompetitif dan sehat, bebas dari praktik-praktik yang dapat merusak solidaritas dan soliditas antar mahasiswa.
Irjen Dadang berharap para lulusan STIK Lemdiklat Polri dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang bukan hanya ahli teori tetapi juga ahli praktik, mampu menjadi akademisi dan sekaligus praktisi yang handal dalam menjalankan tugas kepolisian. Dengan demikian, STIK Lemdiklat Polri memastikan kualitas sumber daya manusia kepolisian Indonesia yang unggul dan berintegritas tinggi. Proses pendidikan yang komprehensif ini diharapkan dapat menghasilkan perwira-perwira Polri yang siap menghadapi tantangan tugas di masa depan dan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.