El Nino Ancam Warisan Dunia: Seni Gua Prasejarah Maros-Pangkep Terancam Kerusakan Akibat Perubahan Iklim

Perubahan Iklim Menggerogoti Warisan Budaya: Seni Gua Maros-Pangkep di Ambang Kepunahan

Fenomena El Nino, sebagai manifestasi nyata dari perubahan iklim global, kini menjadi ancaman serius bagi warisan budaya Indonesia. Seni gua prasejarah di kawasan Geopark Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, yang diperkirakan berusia lebih dari 50.000 tahun, mengalami kerusakan signifikan akibat pengelupasan lapisan batuan. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa perubahan suhu dan kelembaban ekstrem yang dipicu oleh El Nino menjadi faktor utama dalam percepatan degradasi situs-situs arkeologi yang tak ternilai harganya ini.

Profesor Halmar Halide, Guru Besar Hidrometeorologi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), memaparkan hasil penelitiannya dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia. Dalam presentasinya, Profesor Halmar menyoroti dampak signifikan El Nino terhadap seni gua di beberapa lokasi penting di Maros-Pangkep, termasuk Leang Pettae, Leang Parewe, Leang Jing, dan Leang Jarie. Tidak hanya perubahan iklim, polusi udara juga turut memperparah kondisi seni gua tersebut.

Sinergi Lintas Sektor: Kunci Konservasi Warisan Budaya di Tengah Krisis Iklim

Kerusakan seni gua ini bukan hanya disebabkan oleh faktor alamiah. Aerosol sulfur yang dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti emisi kendaraan bermotor, pembakaran lahan, dan kegiatan industri, juga berkontribusi dalam mempercepat proses pelapukan. Kombinasi antara perubahan iklim dan polusi udara menciptakan lingkungan yang sangat merusak bagi seni gua yang rentan. Penelitian ini juga memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk memodelkan hubungan kompleks antara variabilitas iklim dan tingkat kerusakan lukisan gua, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme kerusakan yang terjadi.

Profesor Halmar menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor yang kuat untuk melindungi warisan budaya ini dari ancaman perubahan iklim. Keterlibatan aktif dari berbagai kementerian, lembaga penelitian, dan komunitas ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu sangat penting untuk mengembangkan strategi konservasi yang efektif dan berkelanjutan. Ia mengkritik pendekatan yang terfragmentasi dan menyerukan upaya bersama untuk menciptakan solusi yang komprehensif.

Mengubah Perspektif: Ilmu Atmosfer untuk Melestarikan Warisan Dunia

Webinar yang menghadirkan para ahli dari berbagai universitas dan institusi ini bertujuan untuk memperluas wawasan tentang peran ilmu atmosfer dalam menjaga warisan budaya dunia. Profesor Halmar, yang sebelumnya fokus pada mitigasi bencana, kini mengangkat isu pelestarian warisan budaya sebagai aspek penting yang perlu diperhatikan dalam konteks perubahan iklim. Ia berharap bahwa penelitian ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi seni gua, bukan hanya sebagai isu arkeologi dan sejarah, tetapi juga sebagai bagian integral dari upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Berikut adalah beberapa poin penting dari penelitian ini:

  • Perubahan iklim, khususnya El Nino, mempercepat pengelupasan seni gua prasejarah di Maros-Pangkep.
  • Aerosol sulfur dari aktivitas manusia memperparah kerusakan.
  • Kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk memodelkan hubungan antara iklim dan kerusakan.
  • Kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk konservasi.
  • Ilmu atmosfer berperan penting dalam menjaga warisan budaya.

Dengan meningkatnya kesadaran dan kolaborasi yang solid, diharapkan seni gua prasejarah Maros-Pangkep dapat diselamatkan dari ancaman perubahan iklim, sehingga generasi mendatang masih dapat menikmati dan mempelajari warisan budaya yang tak ternilai harganya ini.