Nasib Beragam Eks Karyawan Sritex Pasca-PHK Massal: Dari Berwirausaha Hingga Fokus Ibadah
Nasib Beragam Eks Karyawan Sritex Pasca-PHK Massal: Dari Berwirausaha Hingga Fokus Ibadah
Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) pada Jumat, 28 Februari 2025, berdampak signifikan terhadap 8.371 karyawan yang terkena imbasnya. Berbagai respons dan langkah adaptasi pun diambil oleh para mantan karyawan ini, menunjukan beragamnya strategi bertahan hidup di tengah tantangan ekonomi. Tidak ada satu pola respons yang seragam, melainkan gambaran nyata dari keberagaman pilihan hidup dan kemampuan adaptasi masing-masing individu.
Beberapa mantan karyawan memilih untuk langsung terjun ke dunia usaha. Tina Novita (32), misalnya, seorang mantan karyawan asal Delanggu, Klaten, kini beralih profesi menjadi penjahit lepas. Dengan modal mesin jahit pribadi, ia menerima pesanan jahit rumahan, mulai dari tirai, baju, hingga daster. Pendapatannya pun fluktuatif, bergantung pada jumlah pesanan yang ia terima. Ia mampu menyelesaikan 100 pesanan dalam dua hari, dengan upah per biji sekitar Rp 2.000. Kisah Tina merupakan contoh nyata kegigihan dan daya juang para mantan karyawan Sritex yang berupaya menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Sementara itu, Airin (22), mantan karyawan departemen garmen asal Pacitan, Jawa Tengah, memilih untuk tetap tinggal di Sukoharjo dan mencari pekerjaan di konveksi sembari menunggu cairnya Jaminan Hari Tua (JHT). Ia berharap dana JHT tersebut dapat digunakan sebagai modal untuk membuka usaha jahit sendiri. Kondisi Airin menggambarkan situasi umum para eks karyawan yang membutuhkan waktu dan strategi untuk beradaptasi dengan kondisi pasca PHK, serta menunjukkan peran penting JHT sebagai bantalan ekonomi sementara.
Lain lagi dengan Agustriana (57). Berbeda dengan Airin dan Tina, Agustriana tidak terlalu khawatir karena suaminya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anaknya baru saja lulus kuliah. Namun, semangatnya untuk tetap bekerja masih membara. Meskipun memiliki sumber penghasilan lain, Agustriana ingin tetap aktif dan produktif mengisi masa tuanya. Kisah Agustriana menyoroti faktor dukungan keluarga dan perencanaan masa pensiun sebagai penyangga kehidupan pasca-PHK.
Di sisi lain, terdapat pula Karwi Mardiyanto (45) asal Sukoharjo, yang memilih untuk fokus beribadah selama bulan Ramadhan 1446 H. Ia berencana untuk membuka warung makan setelah Lebaran dengan modal yang telah ia kumpulkan. Keputusan Karwi merefleksikan pendekatan spiritual dalam menghadapi kesulitan ekonomi dan merencanakan masa depan. Hal ini menunjukan bahwa proses adaptasi pasca PHK tidak hanya bersifat ekonomis, melainkan juga meliputi aspek spiritual dan personal.
Keempat kisah tersebut merupakan sekilas gambaran dari beragamnya respon dan strategi yang dijalankan oleh para mantan karyawan Sritex pasca PHK massal. Kisah-kisah ini menekankan pentingnya daya juang, kreativitas, perencanaan keuangan, serta dukungan sosial dalam menghadapi tantangan ekonomi pasca kehilangan pekerjaan. Ketahanan dan adaptasi yang ditunjukkan oleh para mantan karyawan ini menjadi bukti nyata resiliensi manusia dalam menghadapi krisis.
Daftar Pilihan Karier Eks Karyawan Sritex:
- Melanjutkan Karier di Bidang yang Sama: Mencari pekerjaan di konveksi atau industri garmen.
- Berwirausaha: Membuka usaha jahit rumahan, warung makan, dan lain sebagainya.
- Fokus Ibadah: Mengutamakan kegiatan spiritual dan merencanakan usaha di kemudian hari.
- Mengandalkan Penghasilan Lain: Mengandalkan penghasilan keluarga (suami PNS, anak bekerja, dll).