Raja Purnawarman dan Proyek Infrastruktur Abad ke-5: Mengatasi Banjir di Bekas Ibu Kota Tarumanegara
Raja Purnawarman dan Proyek Infrastruktur Abad ke-5: Mengatasi Banjir di Bekas Ibu Kota Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara, salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang berkembang pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi, meninggalkan jejak sejarah yang signifikan, khususnya dalam bidang pemerintahan dan infrastruktur. Bukti-bukti arkeologis dan prasasti-prasasti kuno mengungkap praktik pemerintahan yang terorganisir dan visi pembangunan yang berwawasan jauh ke depan, terutama di masa pemerintahan Raja Purnawarman. Kepemimpinan beliau ditandai dengan berbagai terobosan, termasuk proyek-proyek skala besar yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat Tarumanegara.
Salah satu proyek monumental yang menjadi bukti kehebatan strategi kepemimpinan Purnawarman adalah penggalian Sungai Gomati dan Sungai Candrabhaga. Prasasti Tugu, salah satu sumber sejarah utama, mencatat secara detail proyek ambisius ini yang berlangsung selama 21 hari pada masa pemerintahan Purnawarman tahun 417 Masehi. Proyek tersebut melibatkan pengerahan tenaga kerja rakyat secara besar-besaran untuk menggali kanal sepanjang kurang lebih 11 hingga 12 kilometer, berdasarkan perhitungan konversi ukuran tombak atau busur yang tercantum dalam berbagai literatur sejarah. Fakta ini menunjukkan tingkat organisasi dan mobilitas sosial yang tinggi di Tarumanegara pada masa itu. Tidak hanya sekedar proyek fisik, penggalian sungai tersebut menunjukkan kecerdasan perencanaan dan antisipasi terhadap potensi bencana alam, khususnya banjir yang mungkin terjadi di aliran Sungai Candrabhaga.
Terdapat hipotesis yang mengaitkan nama Candrabhaga dengan asal-usul nama Bekasi, yang berarti 'sasi' atau bulan. Lokasinya yang diperkirakan berada di wilayah Bekasi modern menunjukkan bahwa wilayah ini telah menjadi pusat penting kerajaan Tarumanegara sejak masa lampau. Lebih dari sekadar upaya pengendalian banjir, penggalian Sungai Gomati bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sistem irigasi pertanian. Dengan tersedianya jalur air yang terkelola dengan baik, hasil pertanian diperkirakan meningkat, mendukung kemakmuran ekonomi kerajaan dan kesejahteraan rakyat. Selain itu, Sungai Gomati dan Candrabhaga juga berfungsi sebagai jalur perdagangan dan transportasi air yang menghubungkan berbagai wilayah di kerajaan Tarumanegara, bahkan mungkin juga dengan wilayah lain di luar kerajaan. Ketersediaan infrastruktur transportasi air ini menjadi bukti adanya perencanaan ekonomi yang matang dalam masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Penggalian Sungai Gomati bukan semata-mata pekerjaan paksa. Berbagai sumber sejarah mengindikasikan bahwa pekerjaan tersebut dilakukan secara gotong royong, menunjukkan semangat kebersamaan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan kerajaan. Sebagai penghargaan atas kerja keras rakyatnya, Raja Purnawarman memberikan hadiah berupa seribu ekor lembu kepada para Brahmana, menunjukkan bentuk apresiasi dan penghormatan terhadap peran agama dan para pemimpin spiritual dalam kehidupan masyarakat Tarumanegara. Kedermawanan raja tersebut sekaligus menggambarkan hubungan harmonis antara pemerintah dan lapisan masyarakat, termasuk kaum brahmana. Melalui proyek-proyek infrastruktur seperti ini, kita dapat melihat bagaimana Raja Purnawarman tidak hanya memimpin Tarumanegara menuju kejayaannya, tetapi juga membangun dasar-dasar kehidupan yang berkelanjutan dan sejahtera bagi rakyatnya.
Kesimpulannya, proyek penggalian Sungai Gomati dan Candrabhaga di masa pemerintahan Raja Purnawarman bukan sekadar proyek rekayasa teknik, tetapi juga cerminan dari kepemimpinan yang bijaksana, berwawasan, dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Proyek ini menunjukkan kehebatan perencanaan infrastruktur pada abad ke-5 Masehi dan membuktikan bahwa Tarumanegara di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman telah mencapai tingkat peradaban yang tinggi dan maju.