Antisipasi Letusan Dahsyat Gunung Fuji: Jepang Siapkan Strategi Mitigasi Komprehensif

Jepang Siapkan Mitigasi Komprehensif Hadapi Potensi Letusan Dahsyat Gunung Fuji

Telah 300 tahun berlalu sejak letusan besar terakhir Gunung Fuji. Pemerintah Jepang, menyadari potensi ancaman yang sangat besar bagi wilayah metropolitan Tokyo dan sekitarnya, telah merilis strategi mitigasi bencana yang komprehensif. Langkah ini diambil untuk mempersiapkan diri menghadapi skenario terburuk, di mana abu vulkanik dapat melumpuhkan sebagian besar wilayah padat penduduk.

Sebuah panel ahli yang ditunjuk oleh pemerintah, terdiri dari vulkanolog dan spesialis kesiapsiagaan bencana, telah merumuskan rekomendasi penting. Laporan yang dirilis pada Jumat (21/3/2025) lalu menggarisbawahi urgensi persiapan yang matang, mengingat kepadatan populasi dan ketergantungan wilayah tersebut pada infrastruktur vital.

Laporan tersebut mengakui bahwa evakuasi massal seluruh penduduk Tokyo dan prefektur sekitarnya bukanlah opsi yang realistis. Oleh karena itu, strategi mitigasi berfokus pada beberapa tingkatan tindakan:

  • Perlindungan di Tempat Tinggal: Bagi warga yang tinggal di area dengan potensi timbunan abu kurang dari 30 sentimeter, dianjurkan untuk tetap berada di dalam rumah atau bangunan yang aman. Persiapan pasokan kebutuhan pokok yang cukup untuk setidaknya dua minggu menjadi krusial untuk menghadapi gangguan yang mungkin terjadi.
  • Pemeliharaan Infrastruktur Vital: Pemerintah daerah dan sektor swasta didorong untuk memprioritaskan pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur penting seperti jaringan listrik, air bersih, transportasi, dan komunikasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak letusan terhadap layanan publik.
  • Evakuasi Terarah: Warga yang berada di zona dengan potensi timbunan abu mencapai 30 sentimeter atau lebih harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Laporan tersebut menyoroti risiko keruntuhan bangunan kayu akibat beban berat abu basah, terutama saat hujan.
  • Prioritaskan Kelompok Rentan: Kelompok rentan seperti pasien yang membutuhkan dialisis atau perawatan intensif harus dievakuasi lebih awal, bahkan ketika ketebalan abu baru mencapai 3 sentimeter. Pemadaman listrik yang meluas akibat abu vulkanik dapat mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup mereka.

Panel ahli juga menekankan pentingnya sistem informasi publik yang andal dan real-time. Prakiraan penyebaran abu vulkanik yang akurat akan memungkinkan warga dan pihak berwenang untuk mengambil keputusan yang tepat. Selain itu, jalur evakuasi yang jelas dan efektif harus disiapkan dan disosialisasikan kepada masyarakat.

Profesor Emeritus Universitas Tokyo, Fujii Toshitsugu, yang memimpin panel tersebut, mengingatkan bahwa Jepang belum pernah mengalami dampak letusan gunung berapi yang menyebarkan abu dalam skala luas selama lebih dari satu abad terakhir. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa persiapan yang komprehensif adalah kunci untuk meminimalkan risiko dan melindungi nyawa.

Strategi mitigasi ini menandai langkah proaktif pemerintah Jepang dalam menghadapi potensi ancaman letusan dahsyat Gunung Fuji. Dengan persiapan yang matang dan koordinasi yang efektif, Jepang berharap dapat mengurangi dampak bencana dan melindungi warganya.