Tragedi Anggruk: Evakuasi Korban Serangan KKB, Satu Guru Gugur, Tujuh Luka-luka

Evakuasi Dramatis Korban Kekerasan KKB di Distrik Anggruk

Operasi gabungan TNI-Polri berhasil mengevakuasi para korban serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang terjadi di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan. Insiden tragis yang terjadi pada Minggu, 23 Maret 2025 ini menimpa para guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah terpencil tersebut. Evakuasi yang dilakukan oleh Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) dan Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz bersama Polda Papua ini membawa para korban ke tempat yang lebih aman.

Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Polisi Faizal Ramadhani, dalam keterangan persnya, mengonfirmasi bahwa delapan guru dan tenaga kesehatan menjadi sasaran kekerasan KKB. Satu di antaranya, Rosalia Rerek Sogen, seorang guru yang berdedikasi, dinyatakan meninggal dunia akibat serangan tersebut. Sementara itu, tujuh korban lainnya mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan yang bervariasi.

Daftar Nama Korban:

  • Rosalia Rerek Sogen (Meninggal Dunia)
  • Doinisiar Taroci More (Luka-luka)
  • Vatiana Kambu (Luka-luka)
  • Paskalia Peni Tere Liman (Luka-luka)
  • Fidelis De Lena (Luka-luka)
  • Kosmas Paga (Luka-luka)
  • Penus Lepi (Dinyatakan Sehat)
  • Irawati Nebobohan (Luka-luka)

Seluruh korban, baik yang meninggal maupun yang terluka, telah dievakuasi ke Jayapura dan mendapatkan penanganan medis intensif di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Marthen Indey. Tindakan cepat ini diharapkan dapat memberikan perawatan terbaik bagi para korban luka dan membantu keluarga yang ditinggalkan dalam menghadapi masa sulit ini.

Bantahan Bupati Yahukimo Terkait Tuduhan Oknum TNI-Polri

Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, dengan tegas membantah tudingan yang menyebutkan bahwa para guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di Distrik Anggruk adalah anggota TNI-Polri yang menyamar. Ia menantang pihak-pihak yang menyebarkan informasi tersebut untuk memberikan bukti konkret.

"Kalau betul mereka ini anggota TNI-Polri, tolong tunjukkan bukti-bukti kepada saya, mulai dari dia dari kesatuan mana, nomor anggotanya berapa, tolong ditunjukkan kepada saya," ujarnya dengan nada tinggi.

Didimus Yahuli menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak pernah merekrut anggota TNI-Polri untuk ditempatkan sebagai tenaga pengajar atau medis di wilayah pedalaman. Para guru dan tenaga kesehatan yang bertugas adalah lulusan dari lembaga pendidikan keguruan dan kesehatan yang berkomitmen untuk melayani masyarakat Yahukimo.

"Kita ini punya etika dan moral untuk memimpin. Tidak serta merta seperti yang divonis oleh kelompok-kelompok lain. Jadi saya bantah itu semua," tegasnya. Pernyataan ini sekaligus menjadi klarifikasi atas spekulasi yang berkembang di tengah masyarakat terkait identitas para korban.

Insiden ini menjadi pengingat akan tantangan berat yang dihadapi para pahlawan pendidikan dan kesehatan yang bertugas di daerah-daerah terpencil. Keberanian dan dedikasi mereka patut diapresiasi, dan keamanan mereka harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan aparat keamanan.