Tantangan Mematikan Puncak Jaya: Gunung Carstensz dan Risiko Pendakian bagi Pendaki Pemula

Tantangan Mematikan Puncak Jaya: Gunung Carstensz dan Risiko Pendakian bagi Pendaki Pemula

Gunung Carstensz Pyramid, bagian dari Seven Summit dunia versi Reinhold Messner, terus menarik minat para pendaki dari seluruh dunia. Namun, popularitasnya yang menanjak tak sebanding dengan tingkat kesulitan pendakiannya yang ekstrem. Kejadian tragis tewasnya dua pendaki wanita Indonesia, Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, pada 1 Maret 2024, menjadi pengingat akan bahaya yang mengintai di puncak tertinggi di Oceania ini. Insiden ini menyoroti pentingnya persiapan dan pengalaman yang memadai sebelum mencoba menaklukkan puncak setinggi 4.884 mdpl tersebut.

Meskipun ketinggiannya lebih rendah dibandingkan dengan puncak-puncak lain dalam daftar Seven Summit, seperti Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl), Gunung Aconcagua (6.962 mdpl), Gunung Denali (6.190 mdpl), Gunung Elbrus (5.624 mdpl), dan Gunung Vinson (4.892 mdpl), Gunung Carstensz memiliki karakteristik unik yang membuatnya sangat menantang. Fandhi Achmad, seorang pendaki profesional, pemandu, dan pemilik ekspedisi PAT Adventure, menjelaskan bahwa Gunung Carstensz merupakan satu-satunya puncak dalam Seven Summit yang membutuhkan teknik climbing peak yang spesifik. "Gunung Carstensz itu teknikal, satu-satunya climbing peak dari yang lain, bukan untuk pemula," tegasnya dalam wawancara dengan detikTravel.

Kejadian hipotermia yang dialami tiga pendaki lainnya, Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni, pada hari yang sama, semakin menggarisbawahi bahaya yang mengintai di Gunung Carstensz. Ketiganya berhasil diselamatkan, namun insiden ini menunjukkan betapa rentannya para pendaki terhadap kondisi cuaca ekstrem di ketinggian tersebut. Fakta ini membuktikan bahwa pendakian Gunung Carstensz bukanlah kegiatan yang bisa dianggap remeh.

Fandhi menambahkan bahwa mayoritas pendaki asing yang datang ke Carstensz telah berpengalaman dan terlatih, biasanya dalam misi menyelesaikan Seven Summit. Mereka datang dengan persiapan fisik dan pengetahuan teknis yang memadai. Sebaliknya, banyak pendaki Indonesia yang kurang memahami tantangan dan risiko yang terlibat. "Orang luar yang mendaki Carstensz rata-rata projek Seven Summit dunia. Gunung Carstensz bukan gunung tinggi pertama mereka, secara fisik dan pengetahuan mereka sudah siap. Sementara itu, orang Indonesia kebalikannya," jelas Fandhi. Perbedaan tingkat persiapan inilah yang membuat Gunung Carstensz menjadi puncak yang lebih berbahaya bagi pendaki Indonesia dibandingkan dengan pendaki internasional.

Kesimpulannya, Gunung Carstensz bukanlah destinasi pendakian yang cocok untuk pemula. Keganasan alam dan tantangan teknis yang disajikannya mengharuskan para pendaki untuk memiliki persiapan yang matang, baik dari segi fisik, mental, maupun teknis. Insiden-insiden yang terjadi baru-baru ini seharusnya menjadi pelajaran berharga agar keselamatan pendaki tetap menjadi prioritas utama dalam setiap ekspedisi ke Puncak Jaya ini.