Terobosan Zuchongzhi-3: China Pacu Revolusi Komputasi Kuantum Global

Terobosan Zuchongzhi-3: China Pacu Revolusi Komputasi Kuantum Global

China kembali menunjukan dominasinya di bidang teknologi dengan meluncurkan prosesor kuantum Zuchongzhi-3. Prosesor ini diklaim memiliki kecepatan 1 kuadriliun kali lebih cepat dibandingkan superkomputer tercanggih saat ini, yaitu El Capitan. Pencapaian ini semakin memanaskan persaingan global dalam pengembangan komputasi kuantum, di mana perusahaan raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft juga turut berlomba menghadirkan inovasi terbaru.

Dikembangkan oleh para ilmuwan di University of Science and Technology of China (USTC), Zuchongzhi-3 masih berstatus prototipe. Namun, kecepatan pemrosesannya yang luar biasa diprediksi akan mempercepat tercapainya singularitas komputasi kuantum, sebuah titik di mana kemajuan teknologi menjadi tak terkendali dan membawa dampak signifikan bagi peradaban manusia. Meskipun demikian, beberapa ahli berpendapat bahwa singularitas ini masih beberapa dekade lagi dari kenyataan.

Spesifikasi dan Kemampuan Zuchongzhi-3

Zuchongzhi-3 menggunakan 105 qubit transmon, meningkat signifikan dari generasi sebelumnya, Zuchongzhi-2 (2021), yang hanya memiliki 66 qubit. Semakin banyak qubit dalam sebuah chip kuantum, semakin besar pula daya komputasi yang dapat dihasilkan. Qubit-qubit ini tersusun dalam konfigurasi grid 15x7, memungkinkan interaksi kompleks antar qubit yang menjadi fondasi komputasi kuantum.

Beberapa poin penting dari spesifikasi Zuchongzhi-3:

  • Jumlah Qubit: 105 qubit transmon
  • Susunan Qubit: Grid 15x7
  • Fidelitas Operasional: 99,90% (single qubit gates)
  • Waktu Koherensi: 72 mikrodetik

Fidelitas operasional yang tinggi, mencapai 99,90% untuk single qubit gates, menunjukkan akurasi dan keandalan operasi kuantum yang dilakukan oleh prosesor ini. Selain itu, waktu koherensi yang mencapai 72 mikrodetik memungkinkan dilakukannya operasi kuantum yang lebih kompleks sebelum terjadinya dekoherensi (hilangnya informasi).

Kemampuan ini memungkinkan para peneliti untuk melakukan eksperimen pengambilan sampel sirkuit acak menggunakan 83 qubit dengan 32 siklus. Sirkuit acak, yang merupakan rangkaian operasi yang diterapkan pada qubit secara acak, digunakan sebagai alat uji untuk mengukur kemampuan komputer kuantum dalam menghasilkan distribusi hasil yang benar-benar acak dalam waktu singkat – sesuatu yang sangat sulit dicapai oleh komputer klasik.

Persaingan dengan Google dan Microsoft

Lahirnya Zuchongzhi-3 menambah sengitnya persaingan di bidang komputasi kuantum. Sebelumnya, Google telah mendeklarasikan quantum supremacy pada tahun 2019 dengan prosesor kuantum Sycamore 53-qubit. Sycamore mampu menyelesaikan tugas pengambilan sampel sirkuit acak dalam 200 detik, sebuah perhitungan yang diperkirakan membutuhkan waktu 10.000 tahun bagi superkomputer konvensional.

Pada Desember 2024, Google kembali meluncurkan prosesor kuantum Willow yang juga menggunakan 105 qubit, sama seperti Zuchongzhi-3. Namun, Willow menekankan pada koreksi kesalahan (error correction) kuantum, memungkinkan komputasi dilakukan dalam waktu kurang dari lima menit, yang mana komputer super memerlukan waktu 1 miliar kuadriliun tahun. Sementara itu, Microsoft memperkenalkan prosesor kuantum Majorana 1 pada Februari 2025 yang menggunakan material topological state untuk menghasilkan qubit yang lebih stabil dan mudah dikendalikan.

Fokus pada Sistem Berkelanjutan

Kendati demikian, belum dapat dipastikan kapan komputer kuantum akan benar-benar diaplikasikan secara komersial. Saat ini, berbagai pendekatan diterapkan, mulai dari Zuchongzhi-3 yang fokus pada kecepatan, Google Willow pada koreksi kesalahan, hingga Microsoft pada arsitektur topologi. Perbedaan strategi ini mencerminkan kompleksitas tantangan dalam mengembangkan komputasi kuantum yang andal dan berkelanjutan.

Para peneliti di balik Zuchongzhi-3 kini berupaya meningkatkan koreksi kesalahan pada prosesor mereka, mengikuti jejak Google dan Microsoft. Hal ini mengindikasikan bahwa masa depan komputasi kuantum tidak hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang toleran terhadap kesalahan dan dapat beroperasi secara stabil dalam jangka panjang.