Marshel Widianto Berjuang Hadir sebagai Ayah di Tengah Padatnya Jadwal Kerja

Perjuangan Marshel Widianto Menyeimbangkan Karier dan Peran Ayah

Komedian sekaligus aktor, Marshel Widianto, mengungkapkan tantangan yang dihadapinya dalam menyeimbangkan karier yang padat dengan perannya sebagai seorang ayah. Pengakuan ini muncul dari refleksi pribadinya setelah kelahiran putra pertamanya, Archie Hermawan Farid Gilandy Widianto. Marshel, yang ditemui di acara Rumpi TransTV, Jakarta Selatan (23/03/2025), berbagi kisah tentang bagaimana ia beradaptasi untuk memastikan bahwa putranya tidak merasakan kekurangan perhatian seperti yang pernah dialaminya di masa kecil.

Marshel sempat dihantui perasaan bersalah karena kesibukannya. Ia teringat bagaimana ayahnya dulu harus bekerja keras tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga minim waktu berkualitas bersamanya. Kekhawatiran serupa menghantuinya setelah Archie lahir. "Saya nggak mau anak saya merasakan seperti saya. Bapak saya nggak punya waktu untuk saya. Karena bapak saya sibuk mencari uang agar kami bisa makan," ungkap Marshel. Ia menyadari bahwa idealnya, ia ingin selalu ada untuk putranya, namun tuntutan pekerjaan juga tak bisa diabaikan.

Namun, Marshel kemudian menyadari bahwa ia perlu mengubah pola pikirnya. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana ia mengalokasikan waktu yang ada untuk keluarga. Ia berusaha untuk menciptakan momen-momen kecil namun bermakna, yang bisa dirasakan oleh anak dan istrinya. Hal ini menjadi prioritas utama, meskipun seringkali harus mengorbankan waktu istirahatnya.

Upaya Nyata Marshel Menjadi Ayah Siaga

Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan Marshel untuk tetap hadir dalam kehidupan putranya:

  • Menyempatkan Waktu di Malam Hari: Meskipun pulang larut malam setelah syuting, Marshel selalu menyempatkan diri untuk melihat Archie sebelum tidur.
  • Bangun Lebih Awal: Ia berusaha bangun lebih pagi, bahkan jika baru pulang syuting dini hari, agar bisa menghabiskan waktu bersama Archie.
  • Mengantar ke Sekolah: Sebisa mungkin, Marshel menyempatkan diri mengantar Archie ke sekolah. Hal ini dilakukan agar putranya tetap merasakan kehadirannya sebagai seorang ayah, meskipun kesibukannya seringkali menyita waktu.

Marshel menyadari bahwa perannya sebagai ayah adalah tanggung jawab yang besar. Ia ingin memastikan bahwa Archie tumbuh dengan kasih sayang dan perhatian yang cukup, tanpa harus merasakan kekurangan seperti yang pernah dialaminya. Upaya-upaya kecil yang dilakukannya adalah wujud cintanya kepada keluarga, dan tekadnya untuk menjadi ayah yang hadir dan terlibat aktif dalam tumbuh kembang putranya. Ini adalah sebuah perjuangan yang terus menerus, sebuah komitmen untuk menyeimbangkan antara karir dan keluarga, demi memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang dicintainya.